Saturday, March 5, 2011

VIOLENCE IN EDUCATIONAL INSTITUTIONS

REKONSTRUKSI PARADIGMA PENELITIAN IAIN STS JAMBI

KE ARAH RESEARCH UNIVERSITY

Abstrak

Pengembangan ilmu pengetahuan (science) yang dicari untuk ditemukan dan dikembangkan melalui research atau penalaran logis oleh para ilmuwan termasuk—perguruan tinggi—selain dimaksudkan untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu, juga dimaksudkan agar temuan-temuan itu dapat dimanfaatkan sebagai dasar untuk membangun peradaban dan kepentingan kesejahteraan umat manusia. Melihat tujuan mulia ini, maka pengembangan penelitian menjadi prasyarat utama lahirnya temuan dan inovasi ilmu pengetahuan (science). Meskipun kenyataannya, persoalan pengelolaan penelitian di perguruan tinggi dinilai tidak mampu melahirkan sejumlah temuan dan inovasi science untuk memenuhi tuntutan dan pelayanan penelitian (research) karena masih dikelola secara konvensional yang tidak sejalan dengan esensi dasar epistemologi keilmuan dan semangat research university. Karenanya upaya mencari format dan bentuk penelitian dengan merekonstruksi paradigma pengelolaan penelitian menjadi suatu keharusan bagi akademisi di perguruan tinggi.

A. Latar Belakang Masalah

Research university pada hakekatnya merupakan suatu sistem penyelenggaraan pendidikan tinggi dengan memberikan penekanan pada transformasi kegiatan universitas dari murni pengajaran menjadi kombinasi pengajaran dan riset (research), di samping peningkatan peran perguruan tinggi yang mengarah pada penciptaan produk yang layak jual. Atas dasar ini, maka research university diharapkan mampu menjadi sebuah entitas penghasil pengetahuan baru. Riset (research) merupakan tulang pungung pengembangan keilmuan, baik dalam lingkup lokal maupun global.

Atas dasar itulah, maka perguruan tinggi sebagai pusat keunggulan (centre of excellence) diharapkan mampu menggali dan menumbuh kembangkan, sekaligus menyebarluaskan ilmu pengetahuan, karena hal ini merupakan sebuah tanggung jawab ilmiah dan akademik perguruan tinggi sebagai lembaga unggulan.

Upaya untuk mewujudkan perguruan tinggi yang demikian, sebenarnya menuntut keterlibatan semua pihak, termasuk penyediaan sarana dan fasilitas lembaga yang ada. Akan tetapi yang menjadi posisi kunci (key position) adalah desain program dan orientasi penyelenggaraan penelitian termasuk penciptaan iklim dan tradisi meneliti dikalangan akademisi (dosen) di suatu perguruan tinggi. Pengelolaan penelitian di perguruan tinggi selama ini belum dikelola secara maksimal, yang ditandai dengan rendahnya respon dosen dalam meneliti, sistem pelatihan (training) yang belum maksimal, serta manajemen penelitian yang cenderung berjalan sendiri-sendiri (split and disorientation) tanpa berangkat dari paradigma kelembagaan. Pengelolaan pendidikan yang tidak berorientasi pada paradigma penelitian ini mengharuskan perlunya rekonstruksi paradigma penelitian yang mengarah pada research university.

Rekonstruksi dan peran perguruan tinggi (PT) di bidang penelitian melalui paradigma research university sebenarnya merupakan pembedahan terhadap esensi akademik yang harus dijalankan oleh suatu perguruan tinggi. Rekonstruksi dan peran ini terasa penting dan mendesak untuk dilakukan, mengingat selama puluhan tahun kehadiran perguruan tinggi di tanah air, ternyata menunjukkan hasil penelitian yang kurang menggembirakan. Karena itu perlu dilakukan rekonstruksi akademik-ilmiah yang mengarah pada research university ini. Dengan rekonstruksi perguruan tinggi ke arah research university diharapkan suatu perguruan tinggi akan melahirkan semangat baru dengan paradigma berpikir untuk ‘selalu mencari dan menemukan sesuatu’ sebagai geliat intelektualitas yang dominan pada karakter ilmiah perguruan tinggi.

Rekonstruksi research university sebagai terobosan baru dalam kerangka pemberdayaan fungsi dan peran akademik-ilmiah perguruan tinggi terutama diarahkan untuk lebih menekankan pada aspek, 1) kelembagaan, 2) sumber daya peneliti (dosen), 3) sistem dan birokrasi kampus, 4) pendanaan, 5) fasilitas pendukung, dan 6) penghargaan dan apresiasi hasil karya ilmiah dosen melalui “IAIN STS Jambi Research Day”.

Rekonstruksi ke arah ini, paling tidak memberikan ruang gerak yang simultan dalam mempercepat gerakan diseminasi semangat dan tradisi ilmiah melalui research university ini.

Dalam implementasinya, ternyata rencana pengembangan research university sebagai kebijakan akademik untuk meningkatkan peran serta keilmuan yang dikembangkan oleh perguruan tinggi memiliki hambatan, yang tidak saja mengancam research itu sendiri di perguruan tinggi, tetapi menghilangkan peran akademik dan ilmiah yang seharusnya diemban dengan baik selama ini. Selama ini, pembangunan pendidikan terutama pendidikan tinggi dengan peran akademik dan ilmiah, belum banyak berkontribusi positif bagi peningkatan kualitas kemasyarakatan, akan tetapi lebih banyak bersifat teoritis dan formalitas belaka. Akibatnya, pendidikan di tanah air selama ini terpuruk. Meskipun sebenarnya, diakui secara individual, ternyata pendidikan kita telah melahirkan generasi yang cerdas, maju, dan mandiri, serta mampu berkompetisi dalam pembangunan nasional. Akan tetapi secara kelembagaan, dengan peran-peran ilmiah yang dilakukan dan dilahirkan rasanya belum memperlihatkan hasil yang memuaskan dibanding dengan jumlah dana yang dikeluarkan dan lembaga pendidikan khususnya pendidikan tinggi yang diselenggarakan.

Melihat kenyataan ini, maka semangat perguruan tinggi dalam mengembangkan research university, sudah barang tentu harus dilakukan dengan membangkitkan apresiasi terhadap penelitian ini sendiri, di samping harus melakukan penataan sistem dan pemberian motivasi yang kuat, konsisten, dan baik kepada dosen dalam melakukan penelitian.

Atas dasar ini, ada beberapa pertimbangan mendasar menjadi alasan pentingnya dilakukan penelitian ini, yaitu:

  1. Ingin melihat dasar strategik pengembangan penelitian
  2. Ingin melihat konstruksi lembaga/pusat-pusat penelitian
  3. Latar belakang mutu meneliti dosen/ada atau tidak pembekalan penelitian yang dilakukan
  4. Ketersediaan dana penelitian
  5. IAIN STS Jambi Research Day sebagai ajang bursa penelitian
  6. Pusat studi/kajian pada tingkat fakultas/unit
  7. Benchmarking penelitian
  8. Networking/webworking penelitian
  9. Apresiasi penelitian (reward) bagi dosen yang memiliki karya terbanyak dan berkualitas.

B. Perumusan Masalah Penelitian

Dalam konteks latar belakang di atas, penulis ingin melihat seberapa baik kepedulian perguruan tinggi (PT) IAIN STS Jambi di dalam melakukan pembinaan terhadap penelitian di perguruan tinggi (PT) ini.

Untuk tujuan demikian, maka pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah berkisar pada masalah:

1. Bagaimana respon pimpinan, dan dosen terhadap pengembangan penelitian?

2. Bagaimana animo dosen dalam mengembangkan penelitian dalam bentuk jurnal, makalah, dan buku?

3. Apakah animo dosen dalam meneliti dipengaruhi oleh akses publikasi penelitian yang rendah atau karena kemampuan dan informasi yang lemah?

4. Perlukah setiap fakultas (jurusan dan prodi) membentuk sebuah pusat studi sebagai media untuk menggerakkan kegiatan penelitian?

5. Apakah ada upaya yang dilakukan pimpinan PT dan pusat penelitian dalam meningkatkan jaringan (networking) dan jalinan (webworking) perguruan tinggi di dalam mencari sumber-sumber donasi penelitian dosen?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Ingin mengetahui bagaimana respon pimpinan, dan dosen terhadap pengembangan penelitian dengan paradigma yang mengarah pada research university di IAIN STS Jambi.

b. Ingin mengetahui bagaimana animo dosen dalam mengembangkan penelitian dalam bentuk jurnal, makalah, dan buku.

c. Ingin mengetahui apakah animo dosen dalam meneliti dipengaruhi oleh SDM meneliti, akses publikasi penelitian yang rendah atau karena kemampuan dan informasi yang lemah.

d. Ingin mengetahui perlukah setiap fakultas (jurusan dan prodi) membentuk sebuah pusat studi sebagai media untuk menggerakkan kegiatan penelitian.

e. Ingin mengetahui apakah ada upaya yang dilakukan pimpinan PT dan pusat penelitian dalam meningkatkan jaringan (networking) dan jalinan (webworking) perguruan tinggi di dalam mencari sumber-sumber donasi penelitian dosen

2. Manfaat Penelitian

a. Untuk mengetahui konsep dan desain pengembangan research university di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

b. Untuk memberikan kontribusi pemikiran dalam upaya peningkatan partisipasi dan mutu penelitian di IAIN STS Jambi dari paradigma konvensional menjadi paradigma research university.

D. Kerangka Teoritik

1. Konsep Research University

Penajaman dan penetapan visi, misi, dan tujuan perguruan tinggi tersebut seharusnya diarahkan untuk mewujudkan perguruan tinggi menjadi research university melalui penetapan haluan/arah tujuan perguruan tinggi menjadi universitas riset (research university) melalui tujuh dasar strategi, yaitu:

a. memperluas akses dan meningkatkan equity

b. meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran

c. memperteguh (memperkuat) penelitian dan inovasi

d. memperkuat lembaga perguruan tinggi

e. menjadikan perguruan tinggi go public (go internasional)

f. membudayakan pembelajaran sepanjang hayat (lifelong education)

g. memperkokoh sistem informasi pendidikan tinggi.[1]

Rasionalisasi mewujudkan perguruan tinggi yang mengarah pada research university ialah untuk mempercepat proses pembangunan nasional berasaskan pendidikan (pendidikan tinggi) sebagai penggerak (engine) utama pembangunan bangsa (nasional) yang memiliki daya saing tinggi pada tingkat lokal, nasional, dan global. Percepatan ini diperlukan melalui kemampuan mengambil bahagian dalam pengalihan skenario pembangunan bangsa melalui aktivitas yang intensif di bidang ilmu pengetahuan dan penyelidikan dan ini sangat bergantung kepada rakyatnya khususnya akademisi di perguruan tinggi

Universitas riset (research university) adalah salah satu institusi terpenting untuk menghasilkan human capital (human resources) yang dapat mewujudkan kepemimpinan intelektual dan teknologi, dan juga penting untuk membentuk masa penelitian yang kritis untuk mengangkat negara Indonesia sebagai sebuah negara yang inovatif dan pencipta teknologi, bukan statis dan hanya menjadi penikmat teknologi. Universitas riset (research university) juga menjadi wahana untuk mempercepat pembangunan nasional karena terjadi transfer of knowledge dan transfer of value di dalamnya dengan selalu melakukan inovasi di dalamnya.

Dalam membicarakan tentang research university, paling tidak ada dua kata yang terlebih dahulu harus dijelaskan agar memiliki pemahaman yang komprehensif dan utuh mengenai pengertian research university tersebut, yaitu research dan university.

a. Definisi Riset (Research)

Menurut Howard dan Sharp, bahwa: “most people associate the word ‘research’ with activities which are substantially removed from day-to-day life and which are pursued by outstandingly gifted persons with an unusual level of commitment. There is of course a good deal of truth in this viewpoint, but we would argue that the pursuit is not restricted to this type of person and indeed can prove to be a stimulating and satisfying experience for many people with a trained and enquiring mind. We define research as: “Seeking through methodical processes to add to one’s own body of knowlegde and, hopefully, to that of others, by the discovery of non-trivial facts and insight”. [2]

Menurut James E.Mauch dan Namgi Park, “research design ia a total plan for carrying out an investigation. A completed research design shows the step-by step sequence of actions in carrying out an investigation essential to obtaining objective, reliable, and valid information”. [3]

Tujuan dari research ini banyak, antara lain untuk mengulas keberadaan ilmu pengetahuan, menjelaskan beberapa situasi atau masalah, merekonstruksi beberapa situasi/masalah, serta memberikan penjelasan terhadap ilmu pengetahuan, seperti diungkapkan oleh Howard dan Sharp bahwa “there are many different purposes of research project. For common ones are: 1) to review existing knowledge; 2) to describe some situation or problem; 3) the construction of something novel; 4) explanation. [4]

Research dalam dunia sosial merupakan investigasi empiris secara sistematis dan terfokus dari wilayah praktis dan bersifat pengalaman untuk menjawab suatu pertanyaan inti tentang apa yang terjadi dan mengapa hal itu terjadi, dan kadang-kadang juga tentang bagaimana menghasilkan peningkatan ilmu pengetahuan, seperti diungkapkan oleh Wallace dan Poulson bahwa:

”Research in the social world is a focused and systematic empirical investigation of an area of practice and experience to answer a central question about what happens and why, and sometimes also about how to generate improvement”. [5]

b. Definisi Universitas (University)

Menurut Taliziduhu Ndraha menjelaskan bahwa istilah universitas berasal dari bahasa Latin universitas. Kata ini berkaitan dengan kata totalitas, universe, bahkan guild dan corporation. Menurut kamus, universitas adalah: ”An institution of learning of the highest level, comprising a college of liberal arts, a program of graduate studies, and several professional schools, and authorized to confer, both undergraduate and graduate degrees”. [6]

Universitas sebagai lembaga pendidikan tinggi telah tumbuh dan berkembang pada berbagai negara di dunia. Berikut ini di antara negara-negara yang menggunakan nama universitas, dengan bahasa yang berbeda, antara lain: a) Arab: al-jamiah, b) Bosnia: univerzitet, c) Catala: universitat, d) Kroasia: univerzitet, e) Czech: univerzita, f) Danish: universitet, g) Dutch: universiteit, h) Esperanto: universitato, i) French: universitÃ, j) German: Universität, k) Indonesia: universitas, l) Interlingua: universitate, m) Italia: università , n) Latin: universitas, o) Lithuania: universitetas, p) Polish: uniwersytet, q) Portuguese: universidade, r) Romania: universitate, s) Slovak: univerzita, t) Slovene: univerza, u) Spanish: universidad, dan v) Swedish: universitet.[7]

Jika dilihat dari sisi bahasa, menurut Encyclopedia Britannica, kata universitas berasal dari bahasa Latin: “The word university is derived from the Latin universitas magistrorum et scholarium, roughly meaning “community of of teachers and scholars”.[8]

Dalam konteks perguruan tinggi, menurut Richard A. Kalish bahwa ketika kita berbicara mengenai perguruan tinggi seperti sekolah tinggi dan universitas, sebenarnya mencakup wilayah yang sangat luas, baik dilihat dari sisi lokasi/letak, maupun obyek kajian, bahkan jumlah mahasiswa, dan pengelola, seperti ia nyatakan sebagai berikut:

“When we talk about “the college campus”, we are really talking about a great variety of places where a great variety of objectives are being met. Colleges and universities vary in size from those with a couple of hundred students and a handful of faculty to those with 30,000 or more students and many hundreds of faculty members. They may be in the downtown section of large cities or in isolated rural areas. They may be operated by a branch of government (city, county, or state), or they may be operated under private endowment or by religious groups”. [9]

Kampus perguruan tinggi (universitas) memiliki aturan, aktivitas, sistem keuangan, budaya, sistem nilai, konsentrasi, satuan mata kuliah, sampai kepada aturan-aturan akademik. Semua ini menunjukkan peran kependidikan di perguruan tinggi seperti universitas, institut, sekolah tinggi dan akademi.

Mengingat universitas merupakan lembaga akademik yang menjalankan peran pendidikan, maka sesuai dengan definisi research dan university di atas, menunjukkan bahwa universitas (university) merupakan suatu lembaga pendidikan dan penelitian tinggi yang memberikan gelar akademik pada semua tingkatan (diploma, sarjana muda, master, dan doktor) pada berbagai bidang.

Menurut Komisi Boyer mendefinisikan research university diartikan sebagai “universitas yang menyelenggarakan program sarjana, pendidikan pascasarjana (master) hingga program doktor dan memberikan prioritas yang tinggi pada penelitian”. [10]

Menurut Sri Harjanto bahwa pada masa lebih dari seribu tahun yang lalu utamanya di negara Eropa, kegiatan utama universitas lebih ditekankan pada pengajaran. Pada awalnya, riset (research) hanya dilakukan pada bidang sastra dan bahasa. Hal ini tidak terlepas dari upaya menjaga pembelajaran klasik di abad ke-18. baru pada akhir abad ke-19 atau sekitar awal abad ke-20 masuklah kegiatan riset (research) sebagai bagian dari kegiatan akademik di universitas-universitas. [11]

Bahkan Andrew, et.all menyatakan bahwa “most texts suggest that the first equivalent of a university was Plato’s Academy, which was founded in the 4th century BC in Athens and lasted for about 800 years until it was closed down by the Roman Emperor Justinian. This is a Eurocentric version: there is evidence, for instance, that India and China had ‘academies’ of higher learning similar to Plato’s Academy as early as 1500 BC. [12]

Andrew, et.all menyatakan bahwa “in the 20th century universities have become important and successful institutions in society. perhaps the main reason is that universities-although they were rather sleeply places a couple of centuries ago-have been able to organise the production of knowledge with great success, because there are seen as contributing to the good of society generally, governments and businesses support universities financially. Knowledge is organised into discipline,a nd nowadays most of these have their ‘home’ in universities. Professions and trades which once had no connection with universities (e.g. nursing, accountancy, surveying) now have university degree courses. This is partly explained by a desire for prestige. Universities ”have been able to make their significant contribution to modern society not despite what they were but because of what they were. Their role as powerhouses of knowledge production is quite recent. Most of the technological advances that we sum up with the term ‘the industrial revolution’ (the steam engine, mechanised factories, steel bridge, better navigation instruments) did not emerge from universities (in many cases the inventors were not even university graduates). Even 100 years ago no-one could have predicted that universities would become such an important driving force for change and development in the modern world. Although universities in the 20th century are very different places from Plato’s Academy or the medieval universities, modern university culture is based on certain core values and interests not so very different from the values and interest of the erlier universities. These include 1) an interest in knowledge forits own sake, 2) reason, 3) exhaustive inquiry, 4) specialised knowledge, 5) an interest in origins or first principles, 6) disputation, 7) openness, 8) sceptisism, 9) concern for truth, 10) honesty, 11) respect for intellectual property, 12) collegiality, 13) authonomy, 14) critique, 15 tolerance”. [13]

Secara sederhana, research university, paling tidak dapat dimaknai sebagai penelitian yang dilakukan oleh masyarakat guru atau sarjana. Mengingat sarjana dan guru ini merupakan produk atau lulusan perguruan tinggi, maka sebenarnya universitas riset (research university) hanya dapat dilakukan oleh perguruan tinggi. Itulah sebabnya penelitian ini berkembang di perguruan tinggi.

Menurut Kevin Robin dan Frank Webster bahwa:”Like a number of other public institutions, the university has ceased to be ‘(a) privileged site of investment of popular will’ (Readings 1996:14)—by which is meant national will. Its status shifted from that of ideological apparatus of the nation-state to being a relatively independent bureaucratic system. The era of the ‘university of culture’ is thus giving way to that of what Readings calls the ‘university of excellence’, alias the ‘technological university’ or the ‘corporate university”. [14]

Dari pendapat Kevin Robin dan Frank Webster tersebut dapat dipahami bahwa "universitas, seperti halnya institusi publik yang lain, tidak lagi menjadi suatu tempat investasi yang istimewa dan memperoleh perhatian penuh dari suatu negara. Statusnya bergeser dari piranti ideologis dari nation-state menjadi sistem birokratis independen (mandiri). Masa' kultur universitas' demikian menurut Readings sebagaimana dikutip Robin dan Webster dikenal dengan 'universitas unggulan', alias'universitas teknologi' atau ' perusahaan universitas'".

Dari pendapat di atas menunjukkan bahwa sejarah kehadiran universitas cukup lama (diperkirakan abad ke-4 SM), dan penelitian (research) diperkirakan pada akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20, dan khusus penelitian di Indonesia diperkirakan sekitar akhir abad ke-20. perkembangan penelitian sekitar abad ke-20 ini disebabkan karena peran universitas pada kehidupan sosial (in the 20th century universities have become important and successful institutions in society).

2. Research university Sebagai Suatu Kebutuhan

Dilihat dari definisi research university di atas, maka sebenarnya research university menjadi suatu kebutuhan karena research university menjadi landasan epistemologi lahirnya filosofi budaya akademik. Artinya pengembangan budaya akademik bertitik tolak dari elemen budaya universitas, yaitu visi, misi, kepemimpinan, iklim universitas (perguruan tinggi), komitmen kerja dan orientasi universitas yang di arahkan untuk mengembangkan penelitian pada porsi yang memadai melebihi ranah pengabdian lain (pendidikan dan pengajaran, dan pengabdian pada masyarakat). Elemen-elemen budaya akademik ini menjadikan universitas dapat melahirkan inovasi di bidang penelitian berupa kemampuan perguruan tinggi untuk merekayasa, merekonstruksi, menemukan, serta melahirkan ilmu atau temuan baru sebagai andilnya untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Secara ontologis, research university ingin melihat konteks pengabdian perguruan tinggi ke dalam kerangka pengembangan keilmuan, yang menitikberatkan pada pengembangan tridarma perguruan tinggi. Titik berat pada pengembangan perguruan tinggi ini dalam realitasnya secara aksiologis, kelihatannya perguruan tinggi ingin melihat apakah suatu perguruan tinggi (universitas) telah kehilangan ruh (spirit) dalam mewujudkan pola pikir (mindset) sebagai masyarakat ilmiah. Mandegnya perguruan tinggi atau universitas dalam melakukan inovasi ini akan menyebabkan perguruan tinggi selain kehilangan power akademiknya, juga menunjukkan kehilangan akar akademiknya.

3. Prinsip Research University

a. Filosofi Research University

Kultur akademis yang lama dan dihormati adalah pengajaran yang berpusat pada dosen (lecturer-centred), hal ini akan mendukung kemerdekaan bagi seorang dosen, sehingga menciptakan student-dependency pada dosen tersebut. Ciri ini adalah bertentangan dengan fleksibilitas mahasiswa atas pelajaran yang diberikan dan diterima. Dari sini akan nampak sebagai suatu yang paradoks antara fleksibilitas mahasiswa dengan kultur akademis yang dibangun. Ada suatu ketegangan yang secara dialektika antara kultur akademis dan akses belajar yang menyenangkan bagi mahasiswa. Kultur akademis tersebut, secara umum dimiliki oleh dosen yang bersangkutan, sedangkan fleksibilitas tersebut menempatkan mahasiswa pada kondisi terkendali. Para dosen mendesain kurikulum dan perkuliahan, sementara pendekatan yang fleksibel memungkinkan siswa untuk memilih dan mempelajari bahan-bahan (sumber belajar), serta menetapkan tujuannya.

Kultur akademis bukan hanya dimanifestasikan atau ditandai dengan aktivitas mengajar dan belajar, tetapi juga aktivitas lain yang utama yang dilakukan oleh universitas melalui penelitian berbasis kedisiplinan (discipline-based research). Sasaran kelembagaan, prioritas, dan nilai-nilai yang mempengaruhi suasana kultur tertentu dimana individu mampu menyatakannya. Dalam banyak (tidak semua) disiplin, riset secara leluasa memiliki keterikatan (dependent), yakni keterikatan pada para mahasiswa dan staff akademik untuk melakukan riset tersebut. Dan ini sebenarnya seharusnya menjadi prioritas dan target peruruan tinggi.

Jika kita berbicara tentang universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, dan jenis perguruan tinggi apapun namanya, maka sebenarnya kita berbicara tentang filosofi dan praktek pendidikan yang dikembangkan oleh perguruan tinggi tersebut. Karena itu, perguruan tinggi sebenarnya harus menyadari dan concern terhadap peran yang dilakukannya dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan tersebut.

Perguruan tinggi yang tidak mampu mengembangkan filosofi dan mengarahkan pendidikan sejalan dengan semangatresearch university , maka perguruan tinggi tersebut kehilangan arti pentingnya sebagai masyarakat ilmiah bahkan boleh dikatakan bukan perguruan tinggi,tetapi lebih tepat dikatakan sebagai lembaga kursus, atau lembaga sosial semata. Hal ini disebabkan karena ciri perguruan tinggi terletak pada kemampuannya untuk melakukan penelitian yang pada akhirnya akan melahirkan pengetahuan baru (applied science atau pure science).

Pendidikan &

Pengajaran


Proses Pendidikan

Pada PT

Penelitian Pengabdian Masyarakat

Gambar: Tiga peran perguruan tinggi sebagai bentuk pelayanan pendidikan

b. Tradisi Ilmiah Sebagai Dasar Research University

Pertanyaan mendasar yang diajukan pada perguruan tinggi kita sampai hari ini adalah apakah perguruan tinggi tersebut, memiliki tradisi ilmiah, atau justru hanya memberikan pelayanan pendidikan dengan hanya menjalankan kegiatan akademik semata, yakni masuk kampus, melaksanakan tugas masing-masing seperti mengajar, membimbing, dan menguji ba gi dosen, melakukan tugas dan atau pelayanan akademik seperti surat menyurat, administrasi, dan sejenisnya bagi karyawan, atau justru mengembangkan tradisi ilmiah sebagai dasar keunggulan perguruan tinggi tersebut menuju research university .

Jika kita melakukan penelitian secara lebih mendalam, ternyata penelitian yang dilakukan oleh perguruan tinggi kita selama ini sebenarnya hanya mengembangkan penelitian sebagai formalitas belaka. Hal ini diindikasikan dari banyaknya dosen di perguruan tinggi tertentu yang melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah, hanya sekedar untuk naik pangkat, di sisi lain banyak juga dosen kita yang tidak mau atau segan menulis dan meneliti hanya karena memandang dana penelitian rendah, harus diperebutkan, punya koneksi, dan berlaku bagi kalangan tertentu. Celakanya, hasil karya dosen kita yang dalam kondisi tertentu selain kurang berbobot, dan langka, juga sangat rendah apresiasinya di kalangan perguruan tinggi, terlebih-lebih bagi masyarakat luar kampus.

Inilah sebabnya kenapa dosen kita di indonesia merasa lebih menjanjikan dan membanggakan apabila menjadi seorang birokrat, politisi, ketimbang akademisi sekaligus peneliti.

Menurut Mien A. Rifai bahwa: “Dari 180.000 dosen di Indonesia, diperkirakan hanya sekitar 1,1 persen yang mampu meneliti secara layak. Tidak heran, kontribusi Indonesia pada perkembangan ilmu pengetahuan amat rendah. Demikian disampaikan penilai hibah bersaing Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti), Mien A Rifai APU, di Surabaya, Selasa (22/1).”Setidaknya saya lihat itu berdasarkan proposal penelitian yang masuk ke Dikti. Secara umum hanya 2.000 dosen yang mampu meneliti dengan layak,” ujarnya. Banyak dosen lebih sibuk mengajar di banyak tempat daripada meneliti untuk kepentingan pengembangan ilmu. Pasalnya, penelitian untuk bidang ilmu dinilai lebih merepotkan. Untuk mendapat hibah bersaing dari Ditjen Dikti, dosen harus mengajukan proposal. Meski sudah cukup susah membuat proposal, belum tentu dana diterima oleh dosen tersebut jika kalah bersaing. Lain halnya jika mereka mengajar di banyak tempat. Mereka bisa segera mendapat bayaran tanpa perlu banyak kerepotan. Bayaran bisa diterima langsung setelah selesai mengajar. ”Tetapi, akibatnya penelitian amat kurang,” ujarnya. Penelitian yang kurang itu berujung pada rendahnya publikasi ilmiah dari dosen Indonesia di jurnal internasional. Data dari banyak penerbit internasional menyebutkan kontribusi Indonesia pada jurnal internasional hanya 0,012 persen. Kontribusi itu lebih rendah dari Nepal yang mampu menyumbang 0,014 persen. Padahal, Nepal negaranya lebih kecil dan kalah maju dibandingkan dengan Indonesia. ”Kalau dibandingkan dengan Singapura, malah lebih jauh lagi. Singapura menyumbang 0,179 persen bagi jurnal internasional,” tuturnya. Mien kurang sepakat bila dana dijadikan alasan. Pasalnya, dana relatif cukup tersedia. ”Dari Dikti saja ada Rp 240 miliar untuk tahun 2007 lalu,” ujarnya. Penilai hibah lainnya, Suminar S Achmadi, mengatakan butuh waktu panjang untuk meningkatkan kemampuan dosen”.[15]

Dari sini kelihatan bahwa betapa rendahnya partisipasi dan mutu penelitian dosen. Padahal, jika dilihat dari latar belakang pendidikannya, ternyata dosen tersebut memiliki latar belakang pendidikan doktor dan profesor yang ribuan jumlahnya, apakah lagi jika dilihat dari dosen yang masih banyak berlatar belakang strata satu (sarjana), dan master, mungkin lebih rendah lagi.

Menurut Fasli Jalal, ada sekitar 3000 profesor dan doktor 9000 orang, tetapi tidak sejalan dengan kemampuan mengajar dan menelitinya, sementara perlu ditingkatkan kesejahteraannya.[16]

E. Metodologi

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dalam kaitannya dengan konstruksi paradigma pengelolaan penelitian ke arah research university.

2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dipergunakan dalam proses penelitian ini terbagi menjadi dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer berupa informasi yang diperoleh melalui observasi dan wawancara kepada responden dan informan mengenai penyelenggaraan penelitian dan prospek pengembangannya di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Sedangkan data sekunder berupa informasi yang diperoleh melalui observasi dan dokumentasi, khususnya yang berkenaan dengan produk penelitian serta pengelolaan penelitian di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Adapun yang menjadi sumber data untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari manusia, peristiwa atau suasana, dan dokumen, yang semuanya berada di lingkungan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Setting dan Subjek Penelitian

Penelitian ini berlokasi di lingkungan IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Secara keseluruhan, subjek penelitian ini meliputi seluruh karakteristik yang berhubungan dengan Konstruksi Paradigma Pengelolaan Penelitian Ke arah Research University di IAIN sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Peneliti akan menentukan subjek penelitian, yaitu para pimpinan, dosen di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang terkait dengan Konstruksi Paradigma Pengelolaan Penelitian Ke arah Research University, dengan key informan yaitu Rektor IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

4. Metode Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi dalam mengumpulkan data. Dalam hal ini, teknik observasi yang dipergunakan adalah observasi semi partisipan, yang bertujuan untuk melihat bagaimana konstruksi pengelolaan penelitian di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Observasi dan wawancara dilakukan dengan para pimpinan puncak pada masing-masing unit berkenaan dengan penelitian, serta dosen IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Sedangkan metode dokumentasi berkaitan dengan produk-produk penelitian seperti 1) laporan hasil penelitian, 2) buku, 3) jurnal, 4) hasil penelitian lain di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

5. Analisis Data dan Uji Keterpercayaan Data

Secara rinci, penulis juga mengacu kepada konsep Spradley yang mengemukakan macam-macam analisis data dalam penelitian kualitatif, yaitu (1) analisis domain (domain analysis), (2) analisis taksonomis (taxonomic analysis), dan (3)analisis komponensial (componential analysis), dan (4)menemukan tema budaya (discovering cultural themes).[17]

Untuk menetapkan keterpercayaan (trustworthiness) data, tentunya diperlukan teknik pemeriksaan yang didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti menggunakan teknik untuk menguji keterpercayaan data dengan cara perpanjangan keikutsertaan, ketekunan observasi, triangulasi, dan diskusi dengan teman[18].

6. Estimasi Anggaran Penelitian

Estimasi/perkiraan anggaran yang diperlukan dalam proyek penelitian (research project) ini adalah sebagai berikut:

No

Uraian Kegiatan

Satuan

Volume

Jumlah (Rp)

1

Proposal research project

1 Kali

Rp.50.000

Rp.50.000

2

Mapping lokasi penelitian

1 Kali

Rp.500.000

Rp.500.000

3

Pembuatan instrumen (IPD)

2 Kali

2 x Rp.500.000

Rp.1.000.000

4

Pengumpulan data

5 Kali

5 x Rp.1.000.000

Rp.5.000.000

5

Pengolahan/analisis data

1 Kali

Rp.250.000

Rp.250.000

6

Pelaporan hasil penelitian

1 Kali

Rp.700.000

Rp.700.000

Total

Rp.7.500.000

Terbilang: Tujuh Juta Lima Ratus Ribu Rupiah.

F. Daftar Rujukan

Andrew Wallace, Tony Schirato dan Philippa Bright, Beginning University: Thinking, researching and writing for Success, Australia, Allen & Unwin, 1999.

Andrew Wallace, Tony Schirato dan Philippa Bright, Beginning University: Thinking, researching and writing for Success, Australia, Allen & Unwin, 1999.

English Dictionary-With Multi-Lingual Search Dictionary content provided from Wiktionary.org under the GNU Free Documentation License.

Fred M. Kerlinger. Asas Penelitian Behavior. Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 1998.

Google eBook of Encyclopedia Britannica.

James E. Mauch, dan Namgi Park, Guide to the Successful Thesis and Dissertation: A Handbook for Students and Faculty, US: Marcel Dekker, 2003.

James P. Spradley. Participant Observation. USA, Holt, Rinehart and Winston, 1980.

Keith Howard dan John A. Sharp, The Management of A Student Research Project, British: Gower Publishing Company Limited, 1983.

Keith Howard dan John A. Sharp, The Management of A Student Research Project, British: Gower Publishing Company Limited, 1983.

Kevin Robins dan Frank Webster, the Virtual University: Knowledge, markets, and management, New York: Oxpord University Press, 2002.

Komisi Boyer dalam laporannya yang berjudul Reinventing Undergraduate Education: A Blueprint for America Research University, 1998 dalam Perta: Jurnal Inovasi Pendidikan Tinggi Agama Islam, Vol.VI/No.02, 2003.

Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung, Remaja Rosdakarya, 1994.

Michael Quinn Patton. Qualitative Evaluation Methods. Beverly Hills, Sage Publications, 1987.

Mien A. Rifai, Kompas, Rabu tanggal 23 Januari 2008, Surabaya, dalam Dikti.Org.

Mike Wallace dan Louise Poulson, Learning to Read Critically in Educational Leadership and Management, London: Sage Publication, 2003.

Nazir. Metode Penelitian. Jakarta, Ghalia Indonesia, 1988.

Richard A. Kalish, Guide to Effective Study, California: Brooks/Cole Publishing Company, 1979.

Sharifah Hapsah Syed Hasan Shahabudin, Universiti Kebangsaan Malaysia ke Arah Univeritas Penyelidikan Unggul: Syarahan Naib Canselor, Dewan Canselor Tun Abdul Razak (DECTAR), Malaysia, UKM, 18 Januari 2008.

Sri Harjanto dalam Jurnal Perta, Jurnal Inovasi Pendidikan Tinggi Islam, Vol.VII/No.02/2003.

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta, Rineka Cipta, 1992.

Sutrisno Hadi. Metodologi Research. Jilid II, Yogyakarta, Fakultas Psikologi UGM, 1984.

Taliziduhu Ndraha, Manajemen Perguruan Tinggi, Jakarta: Bina Aksara, 1988.

Winarno Surachmad. Pengantar Peneliian Ilmiah: Dasar, Metode, Teknik. Bandung, Tarsito, 1980.

PROPOSAL

PENELITIAN BIDANG PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN

IAIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

REKONSTRUKSI PARADIGMA PENELITIAN IAIN STS JAMBI

KE ARAH RESEARCH UNIVERSITY

Penelitian Individual oleh:

Samsu, S.Ag, M.Pd.I

(NIP.150328373)

DOSEN FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

TAHUN 2008



[1] Sharifah Hapsah Syed Hasan Shahabudin, Universiti Kebangsaan Malaysia ke Arah Univeritas Penyelidikan Unggul: Syarahan Naib Canselor, Dewan Canselor Tun Abdul Razak (DECTAR), Malaysia, UKM, 18 Januari 2008, p. 7.

[2] Keith Howard dan John A. Sharp, The Management of A Student Research Project, British: Gower Publishing Company Limited, 1983, p. 6.

[3] James E. Mauch, dan Namgi Park, Guide to the Successful Thesis and Dissertation: A Handbook for Students and Faculty, US: Marcel Dekker, 2003, p.123.

[4] Keith Howard dan John A. Sharp, The Management of A Student Research Project, British: Gower Publishing Company Limited, 1983, p. 11.

[5] Mike Wallace dan Louise Poulson, Learning to Read Critically in Educational Leadership and Management, London: Sage Publication, 2003, p. 18.

[6] Taliziduhu Ndraha, Manajemen Perguruan Tinggi, Jakarta: Bina Aksara, 1988, p.17.

[9] Richard A. Kalish, Guide to Effective Study, California: Brooks/Cole Publishing Company, 1979, p.11

[10] Komisi Boyer dalam laporannya yang berjudul Reinventing Undergraduate Education: A Blueprint for America Research University, 1998 dalam Perta: Jurnal Inovasi Pendidikan Tinggi Agama Islam, Vol.VI/No.02, 2003, p.3.

[11] Sri Harjanto dalam Jurnal Perta, Jurnal Inovasi Pendidikan Tinggi Islam, Vol.VII/No.02/2003, p. 4.

[12] Andrew Wallace, Tony Schirato dan Philippa Bright, Beginning University: Thinking, researching and writing for Success, Australia, Allen & Unwin, 1999, p.13-14.

[13] Andrew Wallace, Tony Schirato dan Philippa Bright, Beginning University: Thinking, researching and writing for Success, Australia, Allen & Unwin, 1999, p.15-17.

[14] Kevin Robins dan Frank Webster, the Virtual University: Knowledge, markets, and management, New York: Oxpord University Press, 2002, p. 5.

[15] Mien A. Rifai, Kompas, Rabu tanggal 23 Januari 2008, Surabaya, dalam Dikti.Org, p.1.

[16] Majalah TEMPO Interaktif, Jakarta: Sebanyak 3000 profesor dan 9000 dosen akan disertifikasi pada 2008 mendatang. Untuk profesor, sertifikasi akan diberikan secara otomatis. "Karena mereka merupakan tingkatan tertinggi dari pendidik," ujar Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Fasli Jalal kepada Tempo usai membuka Asian Forum on Bussiness Education (AFBE) 2007 di Jakarta, Senin (3/12). Untuk dosen, kata Fasli, tidak berlaku mekanisme otomatis. Karena masih banyak yang belum menempuh pendidikan tingkat master atau S-2. Kuota sertifikasi untuk dosen akan dihitung berdasarkan data angka kredit akademik, keterlibatan dalam jurusan dan departemen, dan prestasi. "Untuk yang belum S2, akan ditingkatkan lebih dulu kualifikasi akademiknya. Yang sudah S2 akan diangkat berdasarkan pertimbangan," katanya. Jika selesai disertifikasi, Fasli melanjutkan, dosen dan profesor akan mendapatkan pendapatan tambahan, satu kali gaji.

[17] James P. Spradley. Participant Observation. USA, Holt, Rinehart and Winston, 1980.

[18] Lincoln dan Guba. Op.Cit., hal. 294.