Tuesday, March 9, 2010

SELAMAT JALAN ANAKKU
Hp-ku berdering saat itu pukul 2 malam di Malaysia, dimana saya ditelpon oleh istri yang berada di Jambi bahwa anak masuk rumah sakit, saya jawab pilih rumah sakit yang terbaik. Lalu kemudian pukul 4 malam saya disuruh shalat hajat untuk keselamatan anakku. Tatkala saat itu anak sedang koma. Pagi-pagi jam 6 saya bersiap-siap untuk pulang ke tanah air. Di tengah perjalan mencari tiket untuk pulang melalui Bandara Internasional KLCCT, Bandara Soekarno-Hatta, dan Bandara Jambi, saya ditelpon oleh isteri bahwa ”anak telah tiada, innaa lillahi wainnaa ilaihi raji’un; selamat jalan anakku”. Sementara itu, saya sedang berjuang keras untuk mencari tiket, pulang. Apa yang terjadi? Ternyata pesawat Air Asia yang saya akan tumpangi di-delay selama setengah jam (seharusnya terbang dari KLCCT Kuala Lumpur ke Jakarta pukul 14.40), sehingga baru terbang pada pukul 15.20). Satu jam kemudian, tepatnya jam 4.20 baru Landing di Bandara Soekarno-Hatta. Dari Bandara Soekarno-Hatta mau terbang ke Jambi, ternyata juga di-Delay selama 2 jam, maka akhirnya dengan pasrah menunggu jam keberangkatan yaitu jam 20.00 wib. Satu jam berikutnya baru tiba di bandara Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pukul 21.00 malam. Di sana telah ditunggu oleh Isfehani (mobil raiders IAIN atas suruhan rektor) untuk mengantar sampai ke rumah. Saat sampai di rumah berjubel tamu yang sedang melayat dan menunggu saya. Mereka menyadarkanku agar bersabar atas cobaan ini.
Kubuka kafan anakku, lalu ku berdo’a dan menciumnya, ”maafkan ayah dan ibu nak”, ”ayah datang”. Setelah itu, saya menjadi imam dalam shalat jenazah anakku, setelah itu 09.30 dilakukan prosesi pemakaman, malam jum’at di TPU RT.03 Kel.Kenali Besar Jambi.
Tidak dapat kubayangkan perasaan apa yang berkecamuk dalam hatiku, atas kesedihan dan kenangan bersamanya. Masih terbayang dalam pikiranku, pagi tanggal 4 Januari 2010 ketika pagi-pagi saya gendong maraton bersamanya di halaman rumah, kemudian saya mengantar ayuknya sekolah, dan ketika mau berangkat ke Malaysia anakku ”Ahmad Sani Munawwir” sedang diayun dirumah fuang/neneknya, lantaran ia tidur saya cium karena saya mau berangkat ke Malaysia. Ketia saya cium ia tidak bergerak mungkin karena nyenyak tidur. Karena saya tidak tega membangunkan dan meninggalkan, saya berdo’a ”sehat nak ya, ayah pergi ke Malaysia, ma’afkan ayahmu, aku pergi untukmu nak”. Itulah kata-kata terakhir kuucapkan untuknya, ketika saya mau berpisah dan berangkat ke Malaysia. Rupanya itulah pertemuan saya yang terakhir dengan dia.
Selang 10 hari (4-14 Januari 2010) saya di Malaysia, saya pulang ke Jambi karena anakku ”Ahmad Sani Munawwir” telah tiada (meninggal dunia). Hanya jenazah kaku yang kusaksikan berbujur dihadapanku. Allahu Akbar, laa haula wala quwwata illaa billah. Aku berserah diri kepada-Mu atas kekuasaan dan takdir-Mu. Dengan kekuatan iman, dan keyakinan kepada-Mu; ”saya ikhlaskan kepergian anakku yang kurindukan dan kucintai”.
Walau hari-hari bersamanya sangat singkat (7 bulan 10 hari) lebih singkat daripada usia dalam kandungan (9 bulan), saya bangkit menyadarkan diri dan intropeksi atas kejadian ini. Kukuatkan diri, memotivasi istri untuk ikhlas menerima takdir ini dan mencoba untuk menormalisasi keadaan, dan memulai aktivitas seperti biasanya.

Menurut Hadits Qudsi: Allah SWT berfirman pada hari kiamat kepada anak-anak: “Masuklah kalian ke dalam syurga!” Anak-anak itu berkata: “Ya Rabbi (kami menunggu) hingga ayah ibu kami masuk.” Lalu mereka mendekati pintu syurga! tapi tidak mau masuk ke dalamnya. Allah berfirman lagi: “Mengapa, Aku lihat mereka enggan masuk? Masuklah kalian ke dalam surga!” Mereka menjawab: “Tetapi (bagaimana) orang tua kami?” Allah pun berfirman: “Masuklah kalian ke dalam syurga bersama orang tua kalian.” (Hadits Qudsi Riwayat Ahmad dari Syurahbil bin Syua’ah yang bersumber dari sahabat Nabi SAW) Istilah “al-wildan” dalam Hadits Qudsi diatas adalah kata jama’, mufradnya (kata tunggalnya) adalah “al-walid”, artinya anak yang baru dilahirkan, iaitu bayi atau anak kecil yang belum akil baligh. Jadi maksudnya ialah anak kecil yang meninggal dunia. Hal itu diterangkan dalam Hadits lain yang diriwayatkan Ibnul-Atsir sebagai berikut: “Anak kecil (yakni yang meninggal dunia selagi kanak-kanak atau keguguran), masuk syurga.” Maksud hadits di atas, termasuk salah satu di antara rentetan peristiwa yang terjadi pada Hari Kiamat di Padang Masyar. Gambaran ringkas dari peristiwa-peristiwa itu adalah sebagai berikut: 1. Setiap orang dibangkitkan dari kubur masing-masing 2. Masing-masing digiringkan oleh malaikat Zabaniah ke padang Masyar. Setelah itu mereka dikelilingi oleh haiwan-haiwan dan apa saja yang ada sangkut pautnya dengan mereka. Juga dikelilingi oleh malaikat langit masing-masing tingkatan. 3. Matahari diciptakan kembali dan diletakkan di atas mereka pada jarak satu batu, sehingga mereka selain berdesak-desakan dn berjubel-jubel (kaki diinjak oleh seribu kaki-kaki di atasnya), juga dibakar oleh panasnya matahari, berkeringat, lapar, haus dahaga tidak terperikan seksanya. 4. Ketika mereka mengalami lapar dan haus itulah anak-anak yang tadinya meninggal selagi masih kecil dan dilepas oleh orang tuanya dengan sabar dan tawakal, datang kepada orang tuanya masing-masing dengan membawa segelas air untuk diminum, dan apabila sudah diminum, tidak akan lapar dan dahaga lagi selama di alam Masyar itu. Demikian menurut beberapa Hadits. 5. Mulai hisab dengan menerima buku catatan harian masing-masing yang selama hidupnya dicatat oleh malaikat Raqib dan Atid. 6. Dilakukan mizan (penilaian timbangan) terhadap segala macam amalan setiap orang, kecuali orang-orang masuk surga tanpa hisab. 7. Meniti Shirat yang harus dilalui oleh keseluruhan yang ada di padang Masyar itu. Meniti Shirat yang kedua bagi mereka yang telah selamat meniti Shirat yang pertama. 8. Mana-mana yang sudah bersih benar baru diizinkan masuk syurga. Pada saat itulah Allah memerintahkan kepada anak-anak (yang tadinya meninggal dunia selagi belum akil baligh) untuk memasuki syurga. Tetapi mereka memohon syafa’at (pertolongan) kepada Allah agar kiranya dapat masuk syurga bersama orang tua mereka. Memang mereka juga penuhi perintah Allah, untuk datang mendekati pintu syurga, tapi masih belum mahu memasukinya, sehingga Allah Yang Maha Mengetahui bertanya lagi: “Mengapa Aku lihat anak-anak itu masih saja belum masuk syurga? Masuklah kalian ke dalam syurga itu”. Pada saat itu mereka mengulangi permohonannya bagi orang tua mereka. “Kami belum mahu masuk, sebelum orang tua kami yang menjadi asal pokok kami, dan ibu-ibu kami yang telah mengandung kami sembilan bulan dan kemudian membesarkan kami masuk juga bersama kami”. Demikianlah mereka berhenti dekat pintu syurga, menunggu keputusan Allah SWT dengan penuh harapan. Akhirnya putusan yang dinanti-nantikan itu datang dengan segera, dengan firman Allah Yang Maha Mengetahui: “Masuklah kalian ke dalam syurga bersama orang tua kalian”. Penegasan ini oleh Allah kira-kira dimaksudkan untuk menampakkan betapa besar keutamaan anak-anak dan betapa besar pula pengaruh ridla qada dan qadar Allah, sabar dan puji syukur kehadrat-Nya. (Sumber: Hadits Qudsi, KH.M. Ali Usman dkk, CV. Diponegoro Bandung, 1984)

SUMBER: इन्टरनेट:http://lestarizahra.fotopages.com/?entry=1799074