Pemikiran
Az-Zarnuji tentang Akhlak:
Menggali Peran
Orangtua dan Pengaruhnya Terhadap
Pergeseran
Nilai Akhlak Peserta Didik Kota Jambi
Samsu
Faculty of Tarbiyah and Teacher’s
Training
IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
samsu.su@yahoo.co.id
Abstrak
Akhlak
merupakan isu yang sangat banyak disorot oleh praktisi pendidikan dan sosial
terutama dalam kaitannya dengan pergeseran nilai akhlak peserta didik dan nilai
yang dianut oleh masyarakat Indonesia saat ini. Penelitian ini dilakukan
bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang relevansi pemikiran az-Zarnuji
tentang akhlak dan kecenderungan terjadinya pergeseran akhlak peserta didik
saat ini.
Kerangka
konseptual penelitian dikembangkan
berdasarkan kriteria nilai-nilai akhlak yang meliputi (1) ibadah kepada Tuhan,
(2) kepatuhan kepada orang tua, (3) kepatuhan kepada lingkungan, (4) perkataan
dan perbuatan, (5) perbuatan terlarang, tercela dan narkoba. Terdapat 90 orang
tua, 30 orang mahasiswa, 30 orang siswa SMA, dan 30 siswa
SMP diambil sebagai sampel (total sampling) dalam penelitian ini.
Penelitian ini menggabungkan penelitian kualitatif dan kuantitatif (mixed
methods research) dengan data utama berupa data kualitatif. Data dianalisis secara
deskriptif lalu dikuantifikasi menggunakan mean, standar deviasi, dan korelasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan,
penelitian membuktikan bahwa peran orangtua terhadap pergeseran
nilai-nilai akhlak peserta didik di Kota Jambi berada pada tahap sedang (min=2.71), sedangkan
pergeseran nilai-nilai akhlak peserta didik yang terjadi juga berada pada tahap
sedang (min=2,74). Hal ini dibuktikan dengan pengaruh peran orangtua
terhadap pergeseran akhlak peserta didik (mahasiswa) di Kota Jambi adalah berada pada tahap
signifikan dan korelasi menunjukkan arah yang positif (r = 0.39, ρ> 0.05),
bagi peserta didik (pelajar SMA) di Kota
Jambi adalah juga berada pada tahap signifikan, meskipun arah korelasi
menunjukkan arah yang negatif (r = 0.06, ρ> 0.05), sedangkan peserta didik
(pelajar SMP) di Kota Jambi adalah
berada pada tahap signifikan dan korelasi menunjukkan arah yang positif (r =
0.38, ρ> 0.05). Karena itu, dapat disimpulkan bahwa pengaruh peran oranggtua
terhadap kemungkinan terjadinya pergeseran akhlak peserta didik di Kota Jambi
berada pada tahap signifikan.
Kata Kunci:
Pemikiran Az-Zarnuji tentang akhlak,
nilai-nilai akhlak,
dan kecenderungan akhlak peserta
didik
A. Latar
Belakang Masalah
Akhlak
dan relevansinya dengan peserta didik merupakan pembicaraan serius dalam dunia
pendidikan. Menurut UU No.20/2003 tentang Sisdiknas ini disebabkan karena pendidikan
diarahkan pada usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut
pasal 7 ayat 1 UU
No.20/2003 tentang Sisdiknas, pada posisi ini orang tua
berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan
anaknya.
Dalam tulisan ini, akan
dibahas tentang biografi Az-Zarnuji, pemikiran Az-Zarnuji tentang akhlak, serta
peran orangtua dalam pandangan Islam.
a) Biografi Az-Zarnuji
Di
kalangan pesantren, terutama pesantren tradisional kitab Ta’lim
al-Muta’allim yang dikarang oleh Az-Zarnuji dijadikan pelajaran wajib untuk
dikaji dan dipelajari bagi santri dalam menanamkan nilai-nilai kepada santri
terutama yang ada kaitannya dengan akhlak. Az-Zarnuji merupakan salah satu tokoh pendidikan
Islam. Nama lengkap al-Zarnuji ialah Burhan al-Din Ibrahim al-Zarnuji al-Hanafi,
selain itu ia juga sering disebut dengan nama Burhan al-Islam dan Burhan
al-Din. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Hadi Purwanto (2014) bahwa nama lengkap dari pengarang
kitab Ta’lim al-Muta’allim adalah Burhanuddin az-Zarnuji. Namun yang dikenal
luas hanya az-Zarnuji ini disebabkan karena pada kitab Ta’lim al-Muta’allim
sendiri hanya ditulis demikian dan juga pada kitab Syarah Ta’lim al-Muta’allim
yang dikarang oleh Syeikh Ibrahim bin Ismail tidak menyebutkan sama sekali nama
lengkap dari az-Zarnuji. Tetapi ada pula yang menyebutkannya bahwa nama lengkap
az-Zarnuji adalah Nu’man bin Ibrahim ibn Khalil az-Zarnuji Taj ad-Din
sebagaimana yang ditulis oleh al-Zarkeli dalam kitabnya al-A’lam (tokoh-tokoh).
Waktu dan tempat kelahiran
al-Zarnuji tidak diketahui secara pasti. Nama az-Zarnuji sendiri dinisbatkan
pada suatu tempat yang bernama Zurnuj, sebuah tempat yang berada di wilayah
Turki, dan kata al-Hanafi di belakang namanya diyakini dinisbatkan kepada nama
mazhab yang dianutnya, yakni mazhab Hanafi. Az-Zarnuji diyakini lahir pada abad
ke-13 M sebagaimana dikemukakan oleh Al-Quraisyi, bahkan para orientalis
seperti G.E. Von Grunebaun, Theodora M. Abel, Plessner dan J.P. Berkey meyakini
bahwa az-Zarnuji hidup dipenghujung abad 12 dan awal abad 13 M. Az-Zarnuji
menuntut ilmu di Bukhara dan Samarkand, kedua tempat ini merupakan pusat
keilmuan, pengajaran dan sebagainya. Semasa belajar, al-Zarnuji banyak menimba
ilmu dari; syeikh Burhan al-Din, pengarang buku al-Hidayah; Khawahir Zadah,
seorang mufti di Bukhara; Hamad bin Ibrahim, seorang yang dikenal sebagai
fakih, mutakallim, sekaligus adib; Fakhr al-Islam al-Hasan bin Mansur
al-Auzajandi al-Farghani; al-Adib al-Mukhtar Rukn al-Din al-Farghani yang
dikenal sebagai tokoh fikih dan sastra; juga pada Syeikh Zahir al-Din bin ‘Ali
Marghinani, yang dikenal sebagai seorang mufti. Karya termasyhur al-Zarnuji
adalah Ta’lim al-Muta’allim Tariq al-Ta’allum, sebuah kitab yang bisa dinikmati
dan dijadikan rujukan hingga sekarang. Menurut Haji Khalifah, kitab ini
merupakan satu-satunya kitab yang dihasilkan oleh al-Zarnuji. Meski menurut
peneliti yang lain, Ta’lim al-Muta’allim, hanyalah salah satu dari sekian
banyak kitab yang ditulis oleh al-Zarnuji. Seorang orientalis, M. Plessner,
misalnya, mengatakan bahwa kitab Ta’lim al-Muta’allim adalah salah satu karya
al-Zarnuji yang masih tersisa. Plessner menduga kuat bahwa al-Zarnuji memiliki
karya lain, tetapi banyak hilang, karena serangan tentara Mongol yang dipimpin
oleh Hulagu Khan terhadap kota Baghdad pada tahun 1258 M. Pendapat Plessner ini
dikuatkan oleh Muhammad ‘Abd Qadir Ahmad. Menurutnya, minimal ada dua alasan
bahwa al-Zarnuji menulis banyak karya, yaitu: pertama, kapasitas al-Zarnuji sebagai
pengajar yang menggeluti bidang kajiannya. Ia menyusun metode pembelajaran yang
dikhususkan agar para siswa sukses dalam belajarnya. Tidak masuk akal bagi
al-Zarnuji, yang pandai dan bekerja lama di bidangnya itu, hanya menulis satu
buku.Kedua, ulama-ulama yang hidup semasa al-Zarnuji telah menghasilkan banyak
karya.Karena itu, mustahil bila al-Zarnuji hanya menulis satu buku[1].
b) Pemikiran Az-Zarnuji
tentang Akhlak
Dalam
kitabnya Atta’lim Muta’allim Thariqatut Ta’allum az-Zarnuji menyatakan
bahwa setiap orang Islam wajib mengetahui/mempelajari akhlak. pokok pemikiran
az-Zarnuji tentang akhlak dijelaskan antara lain tentang akhlak yang terpuji dan tercela, seperti watak
murah hati, kikir, penakut, pemberani, merendah diri, congkak, menjaga diri
dari keburukan, israf (berlebihan), bakhil (terlalu hemat), dan sebagainya[2],
meskipun az-Zarnuji tidak menjelaskan secara detail mengenai kitab ini[3].
Pemikiran az-Zarnuji tentang akhlak terutama kaitannya dengan nilai-nilai
akhlak yang dianut oleh peserta didik saat ini merupakan kajian yang masih
sangat relevan untuk dikaji, karena pemikiran az-Zarnuji merupakan jawaban
sekaligus upaya mencegah terjadinya pergeseran akhlak peserta didik tersebut. Mengingat
pergeseran akhlak peserta didik saat ini memprihatinkan, artikel ini dianggap
penting dan mendesak untuk digali kecenderungan pergeseran nilai-nilai akhlak
peserta didik tersebut saat ini, terutama yang ada kaitannya dengan 1) congkak
yaitu lupa beribadah kepada Tuhan, 2) watak murah hati seperti
kepedulian kepada lingkungan dan kepatuhan kepada orang tua, 3) menjaga diri
dari keburukan seperti dalam bentuk perkataan dan perbuatan, dan 4) israf
(berlebihan) seperti perbuatan yang tercela, terlarang, dan narkoba.
c) Peran Orangtua Sebagai Keluarga dalam Pandangan Islam
Jika kita lihat, maka peran
atau fungsi dan
kedudukan keluarga dalam masyarakat Islam sangat besar, baik menyangkut
aspek fisik, maupun psikologis, yakni dalam kerangka menciptakan rasa aman,
tenteram, dan cinta kasih, yang dapat dilihat dari fungsi dan kedudukan sebagai
berikut:
1. Peran Biologis
Jika
di lihat dari aspek biologis, maka keluarga sebenarnya merupakan jembatan
kehidupan, artinya keluarga merupakan penerus keturunan. Itulah sebabnya,
menjaga kehormatan, harga diri, serta menghindarkan diri dari perilaku dan
penyakit biologis menjadi penting; serta menuntut pertanggungjawaban moral
kepada masyarakat dan lingkungannya, serta kepada Tuhan, bahkan dalam pandangan
Islam keturunan merupakan amanah yang harus dijaga, dipelihara, serta didik
agar dapat memberikan fungsi beragama dengan baik dalam keluarga.
2. Peran Ekonomi
Tidak
dapat dinafikan bahwa setiap keluarga membutuhkan ekonomi sebagai bentuk
pemenuhan kebutuhan hidup, baik yang sifatnya keduniawian sepert makan, minum,
pakaian, tempat tinggal serta kebutuhan hidup lainnya, maupun kebutuhan batin
dalam bentuk ibadah seperti sedekah, zakat, wakaf, maupun hibah. Dengan
banyaknya dan penting fungsi ekonomi dalam menunjang kehidupan keluarga, maka
ekonomi menjadi perhatian keluarga dalam mencari nafkah. Umumnya kebanyakan
masyarakat seringkali terjebak, tertipu, maupun menghabiskan waktunya hanya
untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Apakah itu dengan jalan yang halal, diridhai,
maupun tidak.
Bagi
keluarga Islam, ekonomi keluarga memang penting, tetapi keluarga Islam (muslim)
memiliki identitas diri dan identitas iman, yang sangat kuat dan melekat pada
diri pribadinya, akan kesadarannya mengenai ‘darimana dan
dibelanjakan untuk apa’ harta atau ekonomi yang diperoleh tersebut.
Artinya, ada sebuah kesadaran teologis, bahwa ekonomi menjadi faktor yang
sangat menentukan dalam keluarga, tetapi bukan berarti harus menghalalkan cara
dalam memperoleh dan menggunakannya. Dengan kata lain ada konsep ‘halalan
thayyibah’ (halal lagi baik).
3. Peran Kasih Sayang
Keluarga
adalah tempat bercampurnya berbagai kesenangan, kenikmatan, dan kasih sayang.
Karena itu, kosep keluarga muslim adalah konsep keluarga sakinah, mawaddah dan
rahmah yang lebih dikenal dengan konsep keluarga sakinah.
Keluarga
sebenarnya, dapat berfungsi sebagai lingkungan yang sarat dengan kesenangan,
kenikmatan, dan kasih sayang manakala pemiliknya memiliki kesadaran fungsi dan
peran masing-masing. Artinya, keluarga merupakan bentuk personifikasi kerjasama
yang baik antara kepala keluarga, ibu rumah tangga, dan anaknya. Tanpa
kesadaran akan arti pentingnya fungsi dan peran masing-masing, maka mustahil
kesenangan, kenikmatan dan kasih sayang dapat diwujudkan. Apa yang dicari dalam
berkeluarga oleh kebanyakan orang sebenarnya bisa menjadi celaka dan bencana
apabila pemiliknya tidak pandai menata dan mengenali siapa sebenarnya anggota
keluarga itu, dan mau dibawa kemana keluarga itu. Di sinilah pentinya sebuah
proses penyadaran pada masing-masing anggota mengenai fungsi keluarga sebagai
fungsi kasih sayang.
Tidak
jarang keluarga sering berantakan (brokenhome) hanya lantaran mungkin
tidak saling mengenali karakter masing-masing, tidak adanya proses saling
menghargai, dan tidak adanya saling percaya.
4. Peran Pendidikan
Keluarga
adalah proses perpaduan berbagai watak dan karakter yang berbeda dari
masing-masing anggota keluarga. Tanpa adanya upaya saling mengenal dan proses
pendidikan di dalamnya, maka mustahil keluarga itu akan dapat membawa sebuah
proses ketenagan, kenikmatan, dan kasih sayang. Dikatakan demikian, karena
fungsi pendidikan merupakan proses pematangan karakter dan watak, sementara
keluarga sebagai perpaduan watak dan karakter itu sarat dengan konflik dalam
keluarga yang bisa saja sewaktu-waktu dapat menggoncang keutuhan sebuah
keluarga, baik yang sifatnya datang dari dalam maupun dari luar keluarga.
Konflik
dari dalam, misalnya ada pertengkaran kecil yang disebabkan oleh faktor kecil,
misalnya ketidakstabilan ekonomi keluarga, keterlambatan dalam pemenuhan suatu
urusan, kekhilafan, sampai kepada hal-hal kecil seperti proses pengasuhan anak,
dan sebagainya.
Konflik
dari luar, misalnya adanya pihak ketiga melalui proses perselingkuhan, adanya
fitnah, adanya klaim dari orang lain tentang perilaku anak yang menyimpang,
nakal, dan merusak, termasuk juga dalam hal ini efek dari interaksi dan proses
adaptasi dengan masyarakat sekitar dengan tuntutannya di bidang ekonomi.
5. Peran Perlindungan
Keluarga
sebagaimana pranata lainnya, tidak dapat melepaskan diri dari berbagai ancaman
dan resiko, baik yang disebabkan dan ditimbulkan oleh faktor intern maupun
ekstern keluarga. Ancaman dan resiko yang mungkin terjadinya, apada hakekatnya
merupakan bahaya yang dapat mengancam keutuhan, dan eksistensi keluarga yang
selama ini mungkin telah berjalan dengan tenang, damai, dan penuh kasih sayang,
tiba-tiba harus mengalami goncangan akibat masalah yang dihadapinya, karena itu
perlunya keluarga mempertahankan rumah tangga sebagai tempat perlindungan,
bukan justru keluarga menjadi penjara bagi anggota keluarga.
Umumnya,
kebanyakan keluarga modern saat ini, dengan status sosial yang disandangnya menyebabkan
lupa diri dan lupa daratan apabila ditimpa oleh suatu bencana, seperti ancaman,
fitnahan, penghinaan, dan penindasan dengan jalan mengklaim sebagai kesalahan
dan penjatuhan martabat keluarga, sehingga harus mencaci maki, menuduh, serta
melampiaskan kemarahan pada anggota keluarga. Karena itulah penting bagi
keluarga muslim menyadari bahwa keluarga adalah tempat berlindung dan
bernaungnya anggota keluarga dengan sejumlah ketenangan dan perlindungan di
dalamnya.
6. Peran Sosialisasi Anak
Pada
peran atau fungsi biologis telah dikatakan bahwa keluarga adalah tempat
berlangsungnya regenerasi keluarga, karena itu keluarga memegang sebuah
tanggung jawab dan amanah keluarga untuk melakukan sosialisasi kepada anak
mengenai sejumlah nilai, sikap, perilaku, pandangan, dan masa depan, serta
kesadaran agama. Sosialisasi ini sangat penting karena masa depan dan masalah
yang dihadapi oleh anak adalah berbeda dengan masa dan masalah yang dihadapi
oleh orang tua. Keteledoran dan kekhilafan orang tua dalam melakukan proses
sosialisasi nilai, sikap, perilaku dan masa depan, serta kessadaran beragama
kepada anak akan menyebabkan anak menjadi brutal, labil, tidak percaya diri,
canggung, tidak mampu beradptasi, jauh dari nilai-nilai agama, serta dapat
membahayakan bagi masyarakat lingkungannya, bahkan membuat malu keluarga.
Karena
itu, sosialisasi merupakan faktor penting di dalam menanamkan nilai kepada anak
agar dapat tumbuh dengan baik, terarah, dan kuat dalam menghadapi berbagai
situasi yang selalu berubah. Apa yang dikhawatirkan oleh sejumlah keluarga
selama ini mengenai tantangan yang dihadapi oleh anak, sebenarnya merupakan
gambaran pada lemahnya nilai-nilai yang dikembangkan oleh orang tua kepada anak
selama ini.
Banyak
sebenarnya keluarga muslim yang mampu menunjukkan tegarnya sebuah keluarga
dalam melahirkan anak yang brilian, cemerlang, dan membanggakan bagi keluarga,
masyarakat dan lingkungannya, yang seharusnya menjadi contoh bagi keluarga
lain, akan tetapi banyak juga keluarga yang menjadi hancur berantakan karena
tekanan dan pengaruh anak yang tidak mampu mempertahankan nilai-nilai yang
dianggap tabu, sakral, mengandung nilai-nilai ibadah.
Adanya
gejala masyarakat yang tidak lagi atau lemah memegang tradisi, sehingga boleh
jadi masalah yang tabu menjadi ‘konsumsi’ harian, sebenarnya harus dikembalikan
pada seberapa kuat dan seberapa sadar akan arti pentingnya nilai-nilai agama
yang dianut oleh keluarga.
Dalam konteks ini, Islam memberikan dasar dan argumen
yang kuat tentang pentingnya peran orang tua dan keluarga dalam membina anak
dengan baik. Menurut Karimah Hamzah,[4]
ada beberapa hal penting yang mesti diperhatikan oleh orang tua atau keluarga
misalnya sebagai berikut:
a) hak anak sebelum dilahirkan;
b) mempermudah kelahiran;
c) hak anak pada waktu dilahirkan;
d) hak memberikan nama dan nasab;
e) khitan;
f) menyusui anak secara alami;
g) perlindungan duniawi dan ukhrawi;
h) larangan memanjakan anak;
i) pendidikan kebebasan dan pembinaan kepribadian
Islam;
j) memisahkan tempat tidurnya.
7. Peran Rekreasi
Keluarga
laksana sebuah masyarakat, atau organisasi memerlukan saat-saat santai, rileks,
dan akrab. Karena itu, rutinitas kehidupan keluarga yang monoton, tanpa
memerlukan penyegaran akan sarat dengan ketegangan, yang pada akhirnya sangat
beresiko lahirnya sebuah gejolak konflik yang mengarah pada pertengkaran,
perkelahian, bahkan mungkin pengusiran dan perceraian. Karena itu sebenarnya
keluarga sebenarnya memerlukan rekreasi, baik sifatnya spiritual, maupun
melalui obyek-obyek alam.
Rekreasi
spiritual diarahkan untuk menggugah kesadaran akan arti pentingnya memahami
makna hidup, mengenai dari mana kita berasal, sedang berada dimana, dan hendak
kemana. Rekreasi spiritual ini dibangun untuk memberikan penguatan iman,
penyegaran iman, serta preventif iman, terhadap berbagai peristiwa, gejala, dan
bukti-bukti kekuasaan Tuhan kepada makhluknya. Sedangkan rekreasi melalui
obyek-obyek alam, adalah dimaksudkan untuk menggugah kesadaran dan kepekaan
sosial akan esensi penciptaan alam mengenai kehebatan penciptanya, serta
kesempurnaan ciptaan dalam konteksnya sebagai makhluk.
8. Peran/Fungsi Status Keluarga
Keluarga merupakan representasi perubahan status
kehidupan dan identitas seseorang. Karena itu, seseorang yang telah berkeluarga
status kehidupannya beralih dari status remaja menjadi orang tua. Berbarengan
dengan itu, identitas pun berubah menjadi kepala keluarga. Umumnya, perubahan
status kehidupan dan identitas menandakan proses kematangan seseorang untuk
mengemban amanah berkeluarga.
Peran sebagai kepala keluarga menunjukkan adanya tanggung
jawab dan kewajiban untuk menafkahi istri, dan anak-anak, serta mungkin juga
mertua dan/atau orang tua. Atas dasar ini, maka sebenarnya kepala keluarga di
samping anggota keluarga harus memiliki kematangan ekonomi, emosional, dan
agama untuk memikul tanggung jawab dan tugas rumah tangga tersebut.
Pada tahun-tahun pertama, seringkali keluarga mengalami
tahun-tahun rawan karena belum teradaptasikannya nilai-nilai, budaya,
adat-istiadat, kebiasaan serta kecenderungan, dan pola pikir masing-masing.
Dengan kata lain, tradisi dan nilai yang dianut
masih terinspirasi oleh kebiasaan tradisi dan nilai yang dianut pada
masa-masa remaja. Justru ironisnya, jika pada masa-masa ini, tidak ada kesadaran untuk saling
menerima kondisi dan status sosial sebelumnya. Karena itu penting untuk
melakukan penjajakan (ta’aruf)
pada awal perkenalan untuk ditindak lanjuti menjadi keputusan
berkeluarga dengan seseorang yang dicintai, agar pada saatnya dapat menciptakan
keluarga yang sakinah.
9. Peran/Fungsi Beragama
Sandaran yang paling aman, serta memiliki efek positif
dalam berkeluarga adalah aspek agama. Dengan kesadaran bahwa berkeluarga
sebenarnya adalah mengemban syari’at nikah, maka ada kesadaran ibadah bahwa
berkeluarga adalah amanah yang harus dilalui dengan baik, sehingga mampu mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah
sebagai bentuk ideal keluarga yang diharapkan dalam Islam, yang tidak lain
tujuannya adalah untuk mencari ridha Allah SWT. Kesadaran agama inilah yang mampu membawa keluarga pada realitas yang aman,
tenang dan penuh kasih sayang.
Karena
itulah dalam Islam, keluarga yang baik, akur dan aman diharapkan akan lahir
anak yang baik karena merupakan pewaris keturunan. Karena itu, dalam konteks
Islam anak mestilah memperoleh perhatian serius bagi keluarga (orangtua) dalam
mendidik dan mengembangkannya menjadi orang dewasa yang mandiri, demi menjaga
diri dan martabat keluarga. Meskipun demikian, seringkali anak menjadi masalah
dalam keluarga. Dalam memandang tentang anak ini, Al-Qur’an telah memberikan
jawaban setidak-tidaknya ada empat posisi anak tersebut dalam Al-Qur’an, yaitu
1) anak sebagai zinatul hayat (anak sebagai hiasan), 2) anak sebagai qurrata
a’yun (anak sebagai cahaya mata), 3) anak sebagai fitnatul hayat (anak
sebagai beban kehidupan), dan 4) anak sebagai bencana kehidupan.
B. Tujuan Penelitian
Jika
dilihat pada tahun 1970-an hingga saat ini, dapat dirasakan bahwa telah terjadi
pergeseran nilai-nilai akhlak tidak terkecuali bagi peserta didik. Hal ini
diindikasikan dengan banyaknya perilaku menyimpang telah dilakukan oleh peserta
didik belakangan ini. Penyimpangan-penyimpangan akhlak ini diduga disebabkan
oleh berkembangannya teknologi, memudarnya peran orang tua, masyarakat dan
tokoh agama dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungan yang dapat
mempengaruhi akhlak peserta didik, padahal lingkungan peserta didik saat ini
semakin berkembang antara lain lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan
virtual. Persoalan akhlak dulu tidak sama dengan persoalan akhlak hari
ini. Untuk itulah, penelitian ini
bertujuan untuk mengukur tingkat pergeseran nilai-nilai akhlak pada peserta
didik saat ini kualitasnya seperti apa.
C. Metodologi
Penelitian yang dilakukan
ini menggunakan pendekatan Mixed methods, dengan data kualitatif sebagai data utama, sedangkan data kuantitatif
sebagai data pendukung untuk menjelaskan temuan penelitian yang ada, sehingga masing-masing data akan dianalisis dan menjadi
hasil penelitian[5].
Jenis data yang dipergunakan berupa informasi yang diperoleh melalui observasi,
wawancara dan angket. Adapun
yang menjadi sumber data untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam
penelitian ini terdiri dari mahasiswa, siswa SMA dan SMP Kota Jambi.
Terdapat 30 mahasiswa, 30 siswa SMA dan 30 SMP di Kota Jambi
dijadikan sebagai populasi penelitian, sehingga secara keseluruhan populasi
penelitian sebanyak 90 orang peserta didik. Semua populasi ini dijadikan total
sampel (total sampling). Untuk mendapatkan data kualitatif juga diwawancarai orang tua, guru dan tokoh agama setempat. Metode
yang digunakan adalah angket, wawancara, dan observasi dalam mengumpulkan data.
Analisis data yang dilakukan merupakan proses kategorisasi, penataan,
manipulasi, dan peringkasan data untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan
penelitian.[6]
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini mempunyai dua corak analisis,
yaitu melakukan analisis saat mempertajam keabsahan data, dan melakukan
analisis melalui interpretasi pada data secara keseluruhan, dengan menggunakan analisis
deskriptif kuantitatif,dengan cara seluruh lembar angket diperiksa satu persatu
kemudian setiap pilihan responden diteliti dan dijumlahkan untuk dicari
persentase. Skor penilaian dilakukan
melalui skala Likert. Mengingat penelitian ini adalah penelitian mixed
methods, maka analisis data kualitatif dilakukan terlebih dahulu kemudian
diikuti analisis data kuantitatif.
Analisis deskriptif menggunakan
analisis statistik untuk frekuensi dan prosentase. Statistik deskriptif yang
digunakan adalah mean, standar deviasi.
Interpretasi skor min yang digunakan mengikut pendapat Sambas & Maman
(2007) sebagai berikut:
Tabel
1. Interpretasi Skor Min
Skor Min
|
Interpretasi (tahap)
|
1.00 – 1.79
|
Sangat Rendah
|
1.80 – 2.59
|
Rendah
|
2.60 – 3.39
|
Sederhana
|
3.40 – 4.19
|
Tinggi
|
4.20 – 5.00
|
Sangat Tinggi
|
Sumber:Sambas & Maman (2007).
D. Temuan dan Pembahasan
Temuan penelitian yang diperoleh digunakan untuk menjawab
rumusan masalah yang dikemukakan, yaitu: 1) bagaimana peran orang tua
dalam membina akhlak peserta didik? 2) apakah telah terjadi pergeseran akhlak yang terjadi di
kalangan mahasiswa, pelajar SMA dan SMP di Kota Jambi? and 3) adakah perbedaan
signifikan antara akhlak di kalangan mahasiswa, pelajar SMA dan pelajar SMP di
Kota Jambi?
Pertanyaan pertama dan
kedua dijawab menggunakan analisis deskriptif menggunakan mean dan standar
deviasi untuk melihat tahapan peran orang tua dan akhlak peserta didik. Adapun pertanyaan ketiga dilakukan melalui inferensi
(analsis korelasi) untuk melihat pengaruh peran orangtua terahadap akhlak
peserta didik.
Berdasarkan temuan penelitian yang diperoleh menunjukkan
bahwa di kalangan peserta didik telah terjadi pergeseran akhlak, terutama
terkait dengan munculnya sikap 1) congkak
yaitu lupa beribadah kepada Tuhan, 2) memudarnya watak murah hati
seperti kepedulian kepada lingkungan dan kepatuhan kepada orang tua, 3) bergesernya
kemampuan untuk menjaga diri dari keburukan seperti dalam bentuk
perkataan dan perbuatan, serta 4) munculnya sikap israf (berlebihan)
seperti seringnya melakukan perbuatan yang tercela, terlarang, dan narkoba.
Berikut ini dapat dijelaskan mengenai peran orangtua terhadap pergeseran
nilai-nilai akhlak peserta didik serta rata-rata (mean) pergeseran akhlak
peserta didik pada jenjang mahasiswa, pelajar SMA dan pelajar SMP di Kota
Jambi.
a) Peran Orangtua
Terhadap Pergeseran Nilai-Nilai Akhlak Secara Keseluruhan
Pada bagian ini
dijelaskan hasil penelitian berdasarkan analisis deskriptif dengan menggunakan mean
dan standar deviasi dari 90 orang tua. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa:
Tabel 2. Peran orangtua terhadap pergeseran
nilai-nilai akhlak
secara keseluruhan
Orangtua
|
Peran
Orangtua
|
||
Mean
|
SD
|
Interpretasi
|
|
Mahasiswa
|
2.86
|
0.28
|
Sedang/Medium
|
Pelajar SMA
|
2.67
|
0.27
|
Sedang/Medium
|
Pelajar SMP
|
2.62
|
0.25
|
Sedang/Medium
|
Total
|
2.71
|
0.26
|
Sedang/Medium
|
SD = Standar deviasi
Berdasarkan tabel 2 di
atas menunjukkan bahwa peran orangtua terhadap pergeseran nilai-nilai akhlak
peserta didik bagi mahasiswa, pelajar SMA dan pelajar SMP di Kota Jambi secara
keseluruhan berada pada tahap sedang. Nilai min (mean score) yang diperoleh
untuk peran orangtua mahasiswa, pelajar SMA dan pelajar SMP adalah 2.71 (mean =
2.71). Berdasarkan informasi yang diperoleh dari tabel ini dapat dirumuskan
bahwa secara keseluruhan peran orangtua terhadap pergeseran nilai-nilai akhlak
mahasiswa, pelajar SMA, dan pelajar SMP di Kota Jambi terbukti berada pada
tahap sedang (medium).
b) Pergeseran Akhlak Peserta didik Secara Keseluruhan di
Kota Jambi
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara keseluruhan telah terjadi pergeseran akhlak peserta
didik di Kota Jambi. Secara statistik (descriptive
statistics) dapat dijelaskan adalah
berada pada tahap medium (mean=2.74) yang dapat dijelaskan dalam tabel 3 berikut:
Tabel 3. Pergeseran Akhlak Peserta didik
secara Keseluruhan di Kota Jambi
Akhlak Peserta Didik
|
Pergeseran Akhlak
|
||
(Mahasiswa, Pelajar SMA, dan Pelajar SMP)
|
Mean
|
SD
|
Interpretasi
|
Akhlak Peserta Didik (Mahasiswa)
|
2.86
|
0.28
|
Medium
|
Akhlak
Peserta Didik (Pelajar SMA)
|
2.67
|
0.27
|
Medium
|
Akhlak
Peserta Didik (Pelajar SMP)
|
2.71
|
0.33
|
Medium
|
Total
|
2.74
|
0.29
|
Medium
|
SD = Standard deviation
Dari hasil penelitian sebagaimana dalam tabel 3 tersebut menunjukkan
bahwa pergeseran akhlak bagi peserta didik kategori Mahasiswa Perguruan Tinggi,
Sekolah Menegah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Jambi
masih berada pada tahap sedang (mean = 2.74). didasarkan pada hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa di Kota Jambi telah terjadi pergeseran
nilai-nilai akhlak yang dianut/dilaksanakan oleh peserta didik, baik di
kalangan mahasiswa, pelajar SMA, maupun pelajar SMP. Karena itu, menurut teori
yang dikembangkan oleh Az-Zarnuji, dapat dipahami bahwa telah terjadi
pergeseran nilai-nilai akhlak seperti ketidakpatuhan beribadah kepada Allah
disebabkan munculnya rasa congkak diri peserta didik tersebut. Selain itu
berkurangnya rasa murah hati, berkurangnya kemampuan menjaga diri dalam bentuk
perkataan dan perbuatan, serta munculnya israf (berlebih-lebihan) pada peserta
didik.
d) Pengaruh
Peran Orangtua terhadap Pergeseran Nilai-Nilai Akhalak Peserta Didik di Kota
Jambi
Pada bagian ini
menjelaskan dapatan hasil penelitian berdasarkan analisis korelasi pearson (pearson
correlation analysis) tentang peran orangtua dan pengaruhnya terhadap
pergeseran nilai-nilai akhlak peserta didik di Kota Jambi. Pengaruh perang
orangtua terhadap pergeseran nilai-nilai akhlak peserta didik di Kota Jambi
dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel 4. Pengaruh
Peran Orangtua terhadap
Pergeseran Akhlak Peserta Didik di
Kota Jambi
Peserta Didik
|
Pengaruh
Peran Orangtua
|
||
Corelation
|
Hypothesis (Sig.)
|
Interpretation
(Hypothesis)
|
|
Peserta Didik (Mahasiswa)
|
0.39
|
(0.02)
|
Diterima/be accepted
|
Peserta Didik (SMA)
|
-0,06
|
0.74
|
Diterima/be accepted
|
Peserta Didik (SMP)
|
0,38
|
0,17
|
Diterima/be accepted
|
df = (n-2); n = respondents;
ρ< 0.05 (ά) = hypothesis is rejected
ρ> 0.05 (ά) = hypothesis
is accepted
Berdasarkan hasil
analisis Correlation Pearson didasarkan pada tabel 4 di atas menunjukkan bahwa
pengaruh peran orangtua terhadap pergeseran akhlak peserta didik (mahasiswa) di Kota Jambi adalah berada pada tahap signifikan
dan korelasi menunjukkan arah yang positif (r = 0.39, ρ> 0.05), bagi peserta
didik (pelajar SMA) di Kota Jambi adalah
juga berada pada tahap signifikan, meskipun arah korelasi menunjukkan arah yang
negatif (r = 0.06, ρ> 0.05), sedangkan peserta didik (pelajar SMP) di Kota Jambi adalah berada pada tahap
signifikan dan korelasi menunjukkan arah yang positif (r = 0.38, ρ> 0.05). Karena
itu, dapat disimpulkan bahwa pengaruh peran oranggtua terhadap kemungkinan
terjadinya pergeseran akhlak peserta didik di Kota Jambi berada pada tahap
signifikan.
E. Diskusi/Pembahasan
Dari temuan seperti tabel
2 di atas dapat diketahui bahwa peran orangtua saat ini telah memudar, seiring
dengan meningkatnya status sosial, serta meningkatnya nilai kebutuhan rumah
tangga, sehingga berdampak pada kurangnya perhatian orangtua pada anak.
Berdasarkan penelitian ini, membuktikan bahwa telah terjadi pergeseran nilai
akhlak bagi peserta didik khususnya bagi mahasiswa, pelajar SMA dan pelajar SMP
di Kota Jambi. Padahal, orangtua merupakan pihak pertama yang diharapkan mampu untuk
membentengi anak selaku peserta didik untuk memperoleh akhlak yang baik dari
rumah. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari tabel 2 tersebut dapat
dirumuskan bahwa secara keseluruhan peran orangtua berada pada tahap sedang terhadap
pergeseran nilai-nilai akhlak yang terjadi pada mahasiswa, pelajar SMA, dan
pelajar SMP di Kota Jambi.
Dari
hasil penelitian juga menunjukkan bahwa secara keseluruhan
telah terjadi pergeseran akhlak peserta didik di Kota Jambi. Pergeseran
nilai-nilai akhlak ini dimungkinkan karena berkembangnya berbagai kemajuan dan
teknologi, sebagai pemicu lahirnya transformasi nilai yang berkembang dan berubah
dari sebelumnya. Akibatnya, peserta didik sering dianggap congkak, tidah murah
hati, tidak mampu menjaga perbuatan dan perkataan serta israf (berlebihan)
dalam berbagai hal. Pergeseran nilai akhlak di kalangan peserta didik ini perlu
mendapat perhatian serius dari berbagai pihak mengingat pergeseran yang ada
dari sampel yang diteliti telah mencapai tahap sedang.
Berdasarkan penelitian
juga membuktikan bahwa dari hasil analisis korelasi pearson (pearson
correlation analysis) tentang peran orangtua dan pengaruhnya terhadap
pergeseran nilai-nilai akhlak peserta didik di Kota Jambi menunjukkan
kemungkinan terjadinya pergeseran akhlak peserta didik di Kota Jambi berada
pada tahap signifikan. Dari temuan ini, dapat dipahami bahwa apabila peran
orangtua tidak dapat dilaksanakan dengan baik, maka ada kemungkinan besar akan
berdampak secara luas terhadap timbulnya pergeseran nilai-nilai akhlak bagi
peserta didik. Karena itu diperlukan kesadarn yang kuat untuk membangun
nilai-nilai keteladanan orangtua kepada anak.
F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan, penelitian membuktikan bahwa: 1) peran orangtua belum maksimal dalam membendung pergeseran
nilai-nilai akhlak peserta didik di Kota Jambi, hal ini dibuktikan dengan
signifikansi peran orang tua masih berada pada tahap yang belum maksimal, 2) telah
terjadi pergeseran nilai-nilai akhlak peserta didik pada kategori mahasiswa,
pelajar SMA dan Pelajar SMP di Kota Jambi, meskipun pergeseran tersebut masih
berada pada kategori sedang, dan 3) pengaruh peran orangtua adalah
signifikan terhadap pergeseran akhlak peserta didik khususnya bagi mahasiswa,
pelajar SMA dan pelajar SMP di Kota Jambi, meskipun pada pelajar SMA memiliki arah
korelasi negatif. Artinya, khusus bagi pelajar SMA di Kota Jambi diduga ada
variabel lain yang dapat menyebabkan terjadinya pergeseran nilai-nilai akhlak
pada pelajar di SMA ini.
G. Daftar
Bacaan
Abdul
Aziz Dhlan, (ed), Mazhab Hanafi dalam Ensiklopedi Hukum
Islam, Jakarta: Ichtiar baru van Hoeve, 1996.
Abuddin
Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam Seri Kajian Filsafat Pendidikan
Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2000.
Affandi
Mochtar, Kitab Kuning Dan Tradisi Akademik Pesantren, Bekasi: Pustaka
Isfahan, 2008.
Djudi, “Konsep
Belajar Menurut Az-Zarnuji; Kajian Psikologi-Etik Kitab Ta’lim Al- Muta’allim”, Tesis,
Yogyakarta: Fakultas Pasca Sarjana IAIN Sunan Kalijaga, 1990.
Fred M.
Kerlinger, Asas Penelitian Behavior, Yogyakarta: Gajah Mada University Pres
Hadi Purwanto dalam https://hady412.wordpress.com/2014/03/22/biografi-az-zarnuji/
diakses pada tanggal 1 Desember 2015.
Hasan
Langgulung, Asas Asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al Husna, 1988.
Hj.
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, Perkembangan Ilmu Pengetahuan,
Bogor: Kencana, 2003.
http://biografiulama4.blogspot.co.id/2012/10/biografi-syekh-az-zarnuji-pengarang.html
https://hady412.wordpress.com/2014/03/22/biografi-az-zarnuji/
John
W.Creswell dan Vicki L.Plano Clark, Designing and Conducting Mixed Methods
Research, India, Sage Publications, 2007, hal.6-8.
Karimah Hamzah, Islam Berbicara Soal Anak, Jakarta: Gema Insani
Press, 1996, p.11-77.
Syekh az-Zarnuji, 1995.
Terjemah Ta’lim Muta’allim (penterj. Abdul Kadir AlJufri), Surabaya:
Mutiara Ilmu.
Tim
Redaksi, “Etika santri Menurut Az-Zarnuji Ta’lim Al-Muta’allim Thariq
At-Ta’allum”, Kabar Forsipp, Edisi 05, Nopember, 2008.
[1]
http://biografiulama4.blogspot.co.id/2012/10/biografi-syekh-az-zarnuji-pengarang.html
[2] Syekh az-Zarnuji,1995.Terjemah Ta’lim Muta’allim (penterj.Abdul
Kadir AlJufri), Surabaya:Mutiara Ilmu,hal.7.
[3] Syekh az-Zarnuji, 1995.
Terjemah Ta’lim Muta’allim (penterj. Abdul Kadir AlJufri), Surabaya:
Mutiara Ilmu, hal. 36-37.
[4] Karimah Hamzah, Islam Berbicara Soal
Anak, Jakarta: Gema Insani Press, 1996, p.11-77.
[5] John
W.Creswell dan Vicki L.Plano Clark, Designing and Conducting Mixed Methods
Research, India, Sage Publications, 2007, hal.6-8.
[6] Fred M.
Kerlinger, Asas Penelitian Behavior, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1998, hal. 217.
No comments:
Post a Comment