Monday, February 20, 2017

Pemikiran Az-Zarnuji tentang Akhlak: Menggali Peran Orangtua dan Pengaruhnya Terhadap Pergeseran Nilai Akhlak Peserta Didik Kota Jambi

Pemikiran Az-Zarnuji tentang Akhlak:
Menggali Peran Orangtua dan Pengaruhnya Terhadap
Pergeseran Nilai Akhlak Peserta Didik Kota Jambi

Samsu
Faculty of Tarbiyah and Teacher’s Training
IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
samsu.su@yahoo.co.id

Abstrak

Akhlak merupakan isu yang sangat banyak disorot oleh praktisi pendidikan dan sosial terutama dalam kaitannya dengan pergeseran nilai akhlak peserta didik dan nilai yang dianut oleh masyarakat Indonesia saat ini. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang relevansi pemikiran az-Zarnuji tentang akhlak dan kecenderungan terjadinya pergeseran akhlak peserta didik saat ini.
Kerangka konseptual penelitian dikembangkan berdasarkan kriteria nilai-nilai akhlak yang meliputi (1) ibadah kepada Tuhan, (2) kepatuhan kepada orang tua, (3) kepatuhan kepada lingkungan, (4) perkataan dan perbuatan, (5) perbuatan terlarang, tercela dan narkoba. Terdapat 90 orang tua, 30 orang mahasiswa, 30 orang siswa SMA, dan 30 siswa SMP diambil sebagai sampel (total sampling) dalam penelitian ini. Penelitian ini menggabungkan penelitian kualitatif dan kuantitatif (mixed methods research) dengan data utama berupa data kualitatif. Data dianalisis secara deskriptif lalu dikuantifikasi menggunakan mean, standar deviasi, dan korelasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan, penelitian membuktikan bahwa peran orangtua terhadap pergeseran nilai-nilai akhlak peserta didik di Kota Jambi berada pada tahap sedang (min=2.71), sedangkan pergeseran nilai-nilai akhlak peserta didik yang terjadi juga berada pada tahap sedang (min=2,74). Hal ini dibuktikan dengan pengaruh peran orangtua terhadap pergeseran akhlak peserta didik (mahasiswa)  di Kota Jambi adalah berada pada tahap signifikan dan korelasi menunjukkan arah yang positif (r = 0.39, ρ> 0.05), bagi peserta didik (pelajar SMA)  di Kota Jambi adalah juga berada pada tahap signifikan, meskipun arah korelasi menunjukkan arah yang negatif (r = 0.06, ρ> 0.05), sedangkan peserta didik (pelajar SMP)  di Kota Jambi adalah berada pada tahap signifikan dan korelasi menunjukkan arah yang positif (r = 0.38, ρ> 0.05). Karena itu, dapat disimpulkan bahwa pengaruh peran oranggtua terhadap kemungkinan terjadinya pergeseran akhlak peserta didik di Kota Jambi berada pada tahap signifikan.


Kata Kunci:
Pemikiran Az-Zarnuji tentang akhlak, nilai-nilai akhlak,
dan kecenderungan akhlak peserta didik


A. Latar Belakang Masalah
Akhlak dan relevansinya dengan peserta didik merupakan pembicaraan serius dalam dunia pendidikan. Menurut UU No.20/2003 tentang Sisdiknas ini disebabkan karena pendidikan diarahkan pada usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut pasal 7 ayat 1 UU No.20/2003 tentang Sisdiknas, pada posisi ini orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya.
Dalam tulisan ini, akan dibahas tentang biografi Az-Zarnuji, pemikiran Az-Zarnuji tentang akhlak, serta peran orangtua dalam pandangan Islam.

a)   Biografi Az-Zarnuji
Di kalangan pesantren, terutama pesantren tradisional kitab Ta’lim al-Muta’allim yang dikarang oleh Az-Zarnuji dijadikan pelajaran wajib untuk dikaji dan dipelajari bagi santri dalam menanamkan nilai-nilai kepada santri terutama yang ada kaitannya dengan akhlak. Az-Zarnuji merupakan salah satu tokoh pendidikan Islam. Nama lengkap al-Zarnuji ialah Burhan al-Din Ibrahim al-Zarnuji al-Hanafi, selain itu ia juga sering disebut dengan nama Burhan al-Islam dan Burhan al-Din. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Hadi Purwanto (2014) bahwa nama lengkap dari pengarang kitab Ta’lim al-Muta’allim adalah Burhanuddin az-Zarnuji. Namun yang dikenal luas hanya az-Zarnuji ini disebabkan karena pada kitab Ta’lim al-Muta’allim sendiri hanya ditulis demikian dan juga pada kitab Syarah Ta’lim al-Muta’allim yang dikarang oleh Syeikh Ibrahim bin Ismail tidak menyebutkan sama sekali nama lengkap dari az-Zarnuji. Tetapi ada pula yang menyebutkannya bahwa nama lengkap az-Zarnuji adalah Nu’man bin Ibrahim ibn Khalil az-Zarnuji Taj ad-Din sebagaimana yang ditulis oleh al-Zarkeli dalam kitabnya al-A’lam (tokoh-tokoh).
Waktu dan tempat kelahiran al-Zarnuji tidak diketahui secara pasti. Nama az-Zarnuji sendiri dinisbatkan pada suatu tempat yang bernama Zurnuj, sebuah tempat yang berada di wilayah Turki, dan kata al-Hanafi di belakang namanya diyakini dinisbatkan kepada nama mazhab yang dianutnya, yakni mazhab Hanafi. Az-Zarnuji diyakini lahir pada abad ke-13 M sebagaimana dikemukakan oleh Al-Quraisyi, bahkan para orientalis seperti G.E. Von Grunebaun, Theodora M. Abel, Plessner dan J.P. Berkey meyakini bahwa az-Zarnuji hidup dipenghujung abad 12 dan awal abad 13 M. Az-Zarnuji menuntut ilmu di Bukhara dan Samarkand, kedua tempat ini merupakan pusat keilmuan, pengajaran dan sebagainya. Semasa belajar, al-Zarnuji banyak menimba ilmu dari; syeikh Burhan al-Din, pengarang buku al-Hidayah; Khawahir Zadah, seorang mufti di Bukhara; Hamad bin Ibrahim, seorang yang dikenal sebagai fakih, mutakallim, sekaligus adib; Fakhr al-Islam al-Hasan bin Mansur al-Auzajandi al-Farghani; al-Adib al-Mukhtar Rukn al-Din al-Farghani yang dikenal sebagai tokoh fikih dan sastra; juga pada Syeikh Zahir al-Din bin ‘Ali Marghinani, yang dikenal sebagai seorang mufti. Karya termasyhur al-Zarnuji adalah Ta’lim al-Muta’allim Tariq al-Ta’allum, sebuah kitab yang bisa dinikmati dan dijadikan rujukan hingga sekarang. Menurut Haji Khalifah, kitab ini merupakan satu-satunya kitab yang dihasilkan oleh al-Zarnuji. Meski menurut peneliti yang lain, Ta’lim al-Muta’allim, hanyalah salah satu dari sekian banyak kitab yang ditulis oleh al-Zarnuji. Seorang orientalis, M. Plessner, misalnya, mengatakan bahwa kitab Ta’lim al-Muta’allim adalah salah satu karya al-Zarnuji yang masih tersisa. Plessner menduga kuat bahwa al-Zarnuji memiliki karya lain, tetapi banyak hilang, karena serangan tentara Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan terhadap kota Baghdad pada tahun 1258 M. Pendapat Plessner ini dikuatkan oleh Muhammad ‘Abd Qadir Ahmad. Menurutnya, minimal ada dua alasan bahwa al-Zarnuji menulis banyak karya, yaitu: pertama, kapasitas al-Zarnuji sebagai pengajar yang menggeluti bidang kajiannya. Ia menyusun metode pembelajaran yang dikhususkan agar para siswa sukses dalam belajarnya. Tidak masuk akal bagi al-Zarnuji, yang pandai dan bekerja lama di bidangnya itu, hanya menulis satu buku.Kedua, ulama-ulama yang hidup semasa al-Zarnuji telah menghasilkan banyak karya.Karena itu, mustahil bila al-Zarnuji hanya menulis satu buku[1].

b) Pemikiran Az-Zarnuji tentang Akhlak
Dalam kitabnya Atta’lim Muta’allim Thariqatut Ta’allum az-Zarnuji menyatakan bahwa setiap orang Islam wajib mengetahui/mempelajari akhlak. pokok pemikiran az-Zarnuji tentang akhlak dijelaskan antara lain tentang  akhlak yang terpuji dan tercela, seperti watak murah hati, kikir, penakut, pemberani, merendah diri, congkak, menjaga diri dari keburukan, israf (berlebihan), bakhil (terlalu hemat), dan sebagainya[2], meskipun az-Zarnuji tidak menjelaskan secara detail mengenai kitab ini[3]. Pemikiran az-Zarnuji tentang akhlak terutama kaitannya dengan nilai-nilai akhlak yang dianut oleh peserta didik saat ini merupakan kajian yang masih sangat relevan untuk dikaji, karena pemikiran az-Zarnuji merupakan jawaban sekaligus upaya mencegah terjadinya pergeseran akhlak peserta didik tersebut. Mengingat pergeseran akhlak peserta didik saat ini memprihatinkan, artikel ini dianggap penting dan mendesak untuk digali kecenderungan pergeseran nilai-nilai akhlak peserta didik tersebut saat ini, terutama yang ada kaitannya dengan 1) congkak yaitu lupa beribadah kepada Tuhan, 2) watak murah hati seperti kepedulian kepada lingkungan dan kepatuhan kepada orang tua, 3) menjaga diri dari keburukan seperti dalam bentuk perkataan dan perbuatan, dan 4) israf (berlebihan) seperti perbuatan yang tercela, terlarang, dan narkoba.

c) Peran Orangtua Sebagai Keluarga dalam Pandangan Islam
Jika kita lihat, maka peran atau fungsi dan kedudukan keluarga dalam masyarakat Islam sangat besar, baik menyangkut aspek fisik, maupun psikologis, yakni dalam kerangka menciptakan rasa aman, tenteram, dan cinta kasih, yang dapat dilihat dari fungsi dan kedudukan sebagai berikut:

1.      Peran Biologis
Jika di lihat dari aspek biologis, maka keluarga sebenarnya merupakan jembatan kehidupan, artinya keluarga merupakan penerus keturunan. Itulah sebabnya, menjaga kehormatan, harga diri, serta menghindarkan diri dari perilaku dan penyakit biologis menjadi penting; serta menuntut pertanggungjawaban moral kepada masyarakat dan lingkungannya, serta kepada Tuhan, bahkan dalam pandangan Islam keturunan merupakan amanah yang harus dijaga, dipelihara, serta didik agar dapat memberikan fungsi beragama dengan baik dalam keluarga.

2.      Peran Ekonomi
Tidak dapat dinafikan bahwa setiap keluarga membutuhkan ekonomi sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan hidup, baik yang sifatnya keduniawian sepert makan, minum, pakaian, tempat tinggal serta kebutuhan hidup lainnya, maupun kebutuhan batin dalam bentuk ibadah seperti sedekah, zakat, wakaf, maupun hibah. Dengan banyaknya dan penting fungsi ekonomi dalam menunjang kehidupan keluarga, maka ekonomi menjadi perhatian keluarga dalam mencari nafkah. Umumnya kebanyakan masyarakat seringkali terjebak, tertipu, maupun menghabiskan waktunya hanya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Apakah itu dengan jalan yang halal, diridhai, maupun tidak.
Bagi keluarga Islam, ekonomi keluarga memang penting, tetapi keluarga Islam (muslim) memiliki identitas diri dan identitas iman, yang sangat kuat dan melekat pada diri pribadinya, akan kesadarannya mengenai ‘darimana dan dibelanjakan untuk apa’ harta atau ekonomi yang diperoleh tersebut. Artinya, ada sebuah kesadaran teologis, bahwa ekonomi menjadi faktor yang sangat menentukan dalam keluarga, tetapi bukan berarti harus menghalalkan cara dalam memperoleh dan menggunakannya. Dengan kata lain ada konsep ‘halalan thayyibah’ (halal lagi baik).

3.      Peran Kasih Sayang
Keluarga adalah tempat bercampurnya berbagai kesenangan, kenikmatan, dan kasih sayang. Karena itu, kosep keluarga muslim adalah konsep keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah yang lebih dikenal dengan konsep keluarga sakinah.
Keluarga sebenarnya, dapat berfungsi sebagai lingkungan yang sarat dengan kesenangan, kenikmatan, dan kasih sayang manakala pemiliknya memiliki kesadaran fungsi dan peran masing-masing. Artinya, keluarga merupakan bentuk personifikasi kerjasama yang baik antara kepala keluarga, ibu rumah tangga, dan anaknya. Tanpa kesadaran akan arti pentingnya fungsi dan peran masing-masing, maka mustahil kesenangan, kenikmatan dan kasih sayang dapat diwujudkan. Apa yang dicari dalam berkeluarga oleh kebanyakan orang sebenarnya bisa menjadi celaka dan bencana apabila pemiliknya tidak pandai menata dan mengenali siapa sebenarnya anggota keluarga itu, dan mau dibawa kemana keluarga itu. Di sinilah pentinya sebuah proses penyadaran pada masing-masing anggota mengenai fungsi keluarga sebagai fungsi kasih sayang.
Tidak jarang keluarga sering berantakan (brokenhome) hanya lantaran mungkin tidak saling mengenali karakter masing-masing, tidak adanya proses saling menghargai, dan tidak adanya saling percaya.

4.      Peran Pendidikan
Keluarga adalah proses perpaduan berbagai watak dan karakter yang berbeda dari masing-masing anggota keluarga. Tanpa adanya upaya saling mengenal dan proses pendidikan di dalamnya, maka mustahil keluarga itu akan dapat membawa sebuah proses ketenagan, kenikmatan, dan kasih sayang. Dikatakan demikian, karena fungsi pendidikan merupakan proses pematangan karakter dan watak, sementara keluarga sebagai perpaduan watak dan karakter itu sarat dengan konflik dalam keluarga yang bisa saja sewaktu-waktu dapat menggoncang keutuhan sebuah keluarga, baik yang sifatnya datang dari dalam maupun dari luar keluarga.
Konflik dari dalam, misalnya ada pertengkaran kecil yang disebabkan oleh faktor kecil, misalnya ketidakstabilan ekonomi keluarga, keterlambatan dalam pemenuhan suatu urusan, kekhilafan, sampai kepada hal-hal kecil seperti proses pengasuhan anak, dan sebagainya.
Konflik dari luar, misalnya adanya pihak ketiga melalui proses perselingkuhan, adanya fitnah, adanya klaim dari orang lain tentang perilaku anak yang menyimpang, nakal, dan merusak, termasuk juga dalam hal ini efek dari interaksi dan proses adaptasi dengan masyarakat sekitar dengan tuntutannya di bidang ekonomi.

5.      Peran Perlindungan
Keluarga sebagaimana pranata lainnya, tidak dapat melepaskan diri dari berbagai ancaman dan resiko, baik yang disebabkan dan ditimbulkan oleh faktor intern maupun ekstern keluarga. Ancaman dan resiko yang mungkin terjadinya, apada hakekatnya merupakan bahaya yang dapat mengancam keutuhan, dan eksistensi keluarga yang selama ini mungkin telah berjalan dengan tenang, damai, dan penuh kasih sayang, tiba-tiba harus mengalami goncangan akibat masalah yang dihadapinya, karena itu perlunya keluarga mempertahankan rumah tangga sebagai tempat perlindungan, bukan justru keluarga menjadi penjara bagi anggota keluarga.
Umumnya, kebanyakan keluarga modern saat ini, dengan status sosial yang disandangnya menyebabkan lupa diri dan lupa daratan apabila ditimpa oleh suatu bencana, seperti ancaman, fitnahan, penghinaan, dan penindasan dengan jalan mengklaim sebagai kesalahan dan penjatuhan martabat keluarga, sehingga harus mencaci maki, menuduh, serta melampiaskan kemarahan pada anggota keluarga. Karena itulah penting bagi keluarga muslim menyadari bahwa keluarga adalah tempat berlindung dan bernaungnya anggota keluarga dengan sejumlah ketenangan dan perlindungan di dalamnya.

6.      Peran Sosialisasi Anak
Pada peran atau fungsi biologis telah dikatakan bahwa keluarga adalah tempat berlangsungnya regenerasi keluarga, karena itu keluarga memegang sebuah tanggung jawab dan amanah keluarga untuk melakukan sosialisasi kepada anak mengenai sejumlah nilai, sikap, perilaku, pandangan, dan masa depan, serta kesadaran agama. Sosialisasi ini sangat penting karena masa depan dan masalah yang dihadapi oleh anak adalah berbeda dengan masa dan masalah yang dihadapi oleh orang tua. Keteledoran dan kekhilafan orang tua dalam melakukan proses sosialisasi nilai, sikap, perilaku dan masa depan, serta kessadaran beragama kepada anak akan menyebabkan anak menjadi brutal, labil, tidak percaya diri, canggung, tidak mampu beradptasi, jauh dari nilai-nilai agama, serta dapat membahayakan bagi masyarakat lingkungannya, bahkan membuat malu keluarga.
Karena itu, sosialisasi merupakan faktor penting di dalam menanamkan nilai kepada anak agar dapat tumbuh dengan baik, terarah, dan kuat dalam menghadapi berbagai situasi yang selalu berubah. Apa yang dikhawatirkan oleh sejumlah keluarga selama ini mengenai tantangan yang dihadapi oleh anak, sebenarnya merupakan gambaran pada lemahnya nilai-nilai yang dikembangkan oleh orang tua kepada anak selama ini.
Banyak sebenarnya keluarga muslim yang mampu menunjukkan tegarnya sebuah keluarga dalam melahirkan anak yang brilian, cemerlang, dan membanggakan bagi keluarga, masyarakat dan lingkungannya, yang seharusnya menjadi contoh bagi keluarga lain, akan tetapi banyak juga keluarga yang menjadi hancur berantakan karena tekanan dan pengaruh anak yang tidak mampu mempertahankan nilai-nilai yang dianggap tabu, sakral, mengandung nilai-nilai ibadah.
Adanya gejala masyarakat yang tidak lagi atau lemah memegang tradisi, sehingga boleh jadi masalah yang tabu menjadi ‘konsumsi’ harian, sebenarnya harus dikembalikan pada seberapa kuat dan seberapa sadar akan arti pentingnya nilai-nilai agama yang dianut oleh keluarga.
Dalam konteks ini, Islam memberikan dasar dan argumen yang kuat tentang pentingnya peran orang tua dan keluarga dalam membina anak dengan baik. Menurut Karimah Hamzah,[4] ada beberapa hal penting yang mesti diperhatikan oleh orang tua atau keluarga misalnya sebagai berikut:
a)    hak anak sebelum dilahirkan;
b)   mempermudah kelahiran;
c)    hak anak pada waktu dilahirkan;
d)   hak memberikan nama dan nasab;
e)    khitan;
f)    menyusui anak secara alami;
g)   perlindungan duniawi dan ukhrawi;
h)   larangan memanjakan anak;
i)     pendidikan kebebasan dan pembinaan kepribadian Islam;
j)     memisahkan tempat tidurnya.

7.      Peran Rekreasi
Keluarga laksana sebuah masyarakat, atau organisasi memerlukan saat-saat santai, rileks, dan akrab. Karena itu, rutinitas kehidupan keluarga yang monoton, tanpa memerlukan penyegaran akan sarat dengan ketegangan, yang pada akhirnya sangat beresiko lahirnya sebuah gejolak konflik yang mengarah pada pertengkaran, perkelahian, bahkan mungkin pengusiran dan perceraian. Karena itu sebenarnya keluarga sebenarnya memerlukan rekreasi, baik sifatnya spiritual, maupun melalui obyek-obyek alam.
Rekreasi spiritual diarahkan untuk menggugah kesadaran akan arti pentingnya memahami makna hidup, mengenai dari mana kita berasal, sedang berada dimana, dan hendak kemana. Rekreasi spiritual ini dibangun untuk memberikan penguatan iman, penyegaran iman, serta preventif iman, terhadap berbagai peristiwa, gejala, dan bukti-bukti kekuasaan Tuhan kepada makhluknya. Sedangkan rekreasi melalui obyek-obyek alam, adalah dimaksudkan untuk menggugah kesadaran dan kepekaan sosial akan esensi penciptaan alam mengenai kehebatan penciptanya, serta kesempurnaan ciptaan dalam konteksnya sebagai makhluk.

8.      Peran/Fungsi Status Keluarga
Keluarga merupakan representasi perubahan status kehidupan dan identitas seseorang. Karena itu, seseorang yang telah berkeluarga status kehidupannya beralih dari status remaja menjadi orang tua. Berbarengan dengan itu, identitas pun berubah menjadi kepala keluarga. Umumnya, perubahan status kehidupan dan identitas menandakan proses kematangan seseorang untuk mengemban amanah berkeluarga.
Peran sebagai kepala keluarga menunjukkan adanya tanggung jawab dan kewajiban untuk menafkahi istri, dan anak-anak, serta mungkin juga mertua dan/atau orang tua. Atas dasar ini, maka sebenarnya kepala keluarga di samping anggota keluarga harus memiliki kematangan ekonomi, emosional, dan agama untuk memikul tanggung jawab dan tugas rumah tangga tersebut.
Pada tahun-tahun pertama, seringkali keluarga mengalami tahun-tahun rawan karena belum teradaptasikannya nilai-nilai, budaya, adat-istiadat, kebiasaan serta kecenderungan, dan pola pikir masing-masing. Dengan kata lain, tradisi dan nilai yang dianut  masih terinspirasi oleh kebiasaan tradisi dan nilai yang dianut pada masa-masa remaja. Justru ironisnya, jika pada masa-masa ini, tidak ada kesadaran untuk saling menerima kondisi dan status sosial sebelumnya. Karena itu penting untuk melakukan penjajakan (ta’aruf)  pada awal perkenalan untuk ditindak lanjuti menjadi keputusan berkeluarga dengan seseorang yang dicintai, agar pada saatnya dapat menciptakan keluarga yang sakinah.

9.      Peran/Fungsi Beragama
Sandaran yang paling aman, serta memiliki efek positif dalam berkeluarga adalah aspek agama. Dengan kesadaran bahwa berkeluarga sebenarnya adalah mengemban syari’at nikah, maka ada kesadaran ibadah bahwa berkeluarga adalah amanah yang harus dilalui dengan baik, sehingga mampu mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah sebagai bentuk ideal keluarga yang diharapkan dalam Islam, yang tidak lain tujuannya adalah untuk mencari ridha Allah SWT. Kesadaran agama inilah yang mampu membawa keluarga pada realitas yang aman, tenang dan penuh kasih sayang.
Karena itulah dalam Islam, keluarga yang baik, akur dan aman diharapkan akan lahir anak yang baik karena merupakan pewaris keturunan. Karena itu, dalam konteks Islam anak mestilah memperoleh perhatian serius bagi keluarga (orangtua) dalam mendidik dan mengembangkannya menjadi orang dewasa yang mandiri, demi menjaga diri dan martabat keluarga. Meskipun demikian, seringkali anak menjadi masalah dalam keluarga. Dalam memandang tentang anak ini, Al-Qur’an telah memberikan jawaban setidak-tidaknya ada empat posisi anak tersebut dalam Al-Qur’an, yaitu 1) anak sebagai zinatul hayat (anak sebagai hiasan), 2) anak sebagai qurrata a’yun (anak sebagai cahaya mata), 3) anak sebagai fitnatul hayat (anak sebagai beban kehidupan), dan 4) anak sebagai bencana kehidupan.

B. Tujuan Penelitian
Jika dilihat pada tahun 1970-an hingga saat ini, dapat dirasakan bahwa telah terjadi pergeseran nilai-nilai akhlak tidak terkecuali bagi peserta didik. Hal ini diindikasikan dengan banyaknya perilaku menyimpang telah dilakukan oleh peserta didik belakangan ini. Penyimpangan-penyimpangan akhlak ini diduga disebabkan oleh berkembangannya teknologi, memudarnya peran orang tua, masyarakat dan tokoh agama dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungan yang dapat mempengaruhi akhlak peserta didik, padahal lingkungan peserta didik saat ini semakin berkembang antara lain lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan virtual. Persoalan akhlak dulu tidak sama dengan persoalan akhlak hari ini.  Untuk itulah, penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat pergeseran nilai-nilai akhlak pada peserta didik saat ini kualitasnya seperti apa.

C. Metodologi
Penelitian yang dilakukan ini menggunakan pendekatan Mixed methods, dengan data kualitatif sebagai data utama, sedangkan data kuantitatif sebagai data pendukung untuk menjelaskan temuan penelitian yang ada, sehingga masing-masing data akan dianalisis dan menjadi hasil penelitian[5]. Jenis data yang dipergunakan berupa informasi yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan angket. Adapun yang menjadi sumber data untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari mahasiswa, siswa SMA dan SMP Kota Jambi.
Terdapat 30 mahasiswa, 30 siswa SMA dan 30 SMP di Kota Jambi dijadikan sebagai populasi penelitian, sehingga secara keseluruhan populasi penelitian sebanyak 90 orang peserta didik. Semua populasi ini dijadikan total sampel (total sampling). Untuk mendapatkan data kualitatif juga diwawancarai orang tua, guru dan tokoh agama setempat. Metode yang digunakan adalah angket, wawancara, dan observasi dalam mengumpulkan data. Analisis data yang dilakukan merupakan proses kategorisasi, penataan, manipulasi, dan peringkasan data untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan penelitian.[6] Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini mempunyai dua corak analisis, yaitu melakukan analisis saat mempertajam keabsahan data, dan melakukan analisis melalui interpretasi pada data secara keseluruhan, dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif,dengan cara seluruh lembar angket diperiksa satu persatu kemudian setiap pilihan responden diteliti dan dijumlahkan untuk dicari persentase.  Skor penilaian dilakukan melalui skala Likert. Mengingat penelitian ini adalah penelitian mixed methods, maka analisis data kualitatif dilakukan terlebih dahulu kemudian diikuti analisis data kuantitatif.
Analisis deskriptif menggunakan analisis statistik untuk frekuensi dan prosentase. Statistik deskriptif yang digunakan adalah mean, standar deviasi. Interpretasi skor min yang digunakan mengikut pendapat Sambas & Maman (2007) sebagai berikut:

Tabel 1. Interpretasi Skor Min
Skor Min
Interpretasi (tahap)
1.00 – 1.79
Sangat Rendah
1.80 – 2.59
Rendah
2.60 – 3.39
Sederhana
3.40 – 4.19
Tinggi
4.20 – 5.00
Sangat Tinggi
Sumber:Sambas & Maman (2007).

D. Temuan dan Pembahasan
Temuan penelitian yang diperoleh digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang dikemukakan, yaitu: 1) bagaimana peran orang tua dalam membina akhlak peserta didik? 2) apakah telah terjadi pergeseran akhlak yang terjadi di kalangan mahasiswa, pelajar SMA dan SMP di Kota Jambi? and 3) adakah perbedaan signifikan antara akhlak di kalangan mahasiswa, pelajar SMA dan pelajar SMP di Kota Jambi?
Pertanyaan pertama dan kedua dijawab menggunakan analisis deskriptif menggunakan mean dan standar deviasi untuk melihat tahapan peran orang tua dan akhlak peserta didik. Adapun pertanyaan ketiga dilakukan melalui inferensi (analsis korelasi) untuk melihat pengaruh peran orangtua terahadap akhlak peserta didik.
Berdasarkan temuan penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa di kalangan peserta didik telah terjadi pergeseran akhlak, terutama terkait dengan munculnya sikap  1) congkak yaitu lupa beribadah kepada Tuhan, 2) memudarnya watak murah hati seperti kepedulian kepada lingkungan dan kepatuhan kepada orang tua, 3) bergesernya kemampuan untuk menjaga diri dari keburukan seperti dalam bentuk perkataan dan perbuatan, serta 4) munculnya sikap israf (berlebihan) seperti seringnya melakukan perbuatan yang tercela, terlarang, dan narkoba. Berikut ini dapat dijelaskan mengenai peran orangtua terhadap pergeseran nilai-nilai akhlak peserta didik serta rata-rata (mean) pergeseran akhlak peserta didik pada jenjang mahasiswa, pelajar SMA dan pelajar SMP di Kota Jambi.
  
a) Peran Orangtua Terhadap Pergeseran Nilai-Nilai Akhlak Secara Keseluruhan
Pada bagian ini dijelaskan hasil penelitian berdasarkan analisis deskriptif dengan menggunakan mean dan standar deviasi dari 90 orang tua. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa:
Tabel 2. Peran orangtua terhadap pergeseran
nilai-nilai akhlak secara keseluruhan

Orangtua
Peran Orangtua
Mean
SD
Interpretasi
Mahasiswa
2.86
0.28
Sedang/Medium
Pelajar SMA
2.67
0.27
Sedang/Medium
Pelajar SMP 
2.62
0.25
Sedang/Medium
Total
2.71
0.26
Sedang/Medium
SD = Standar deviasi

Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan bahwa peran orangtua terhadap pergeseran nilai-nilai akhlak peserta didik bagi mahasiswa, pelajar SMA dan pelajar SMP di Kota Jambi secara keseluruhan berada pada tahap sedang. Nilai min (mean score) yang diperoleh untuk peran orangtua mahasiswa, pelajar SMA dan pelajar SMP adalah 2.71 (mean = 2.71). Berdasarkan informasi yang diperoleh dari tabel ini dapat dirumuskan bahwa secara keseluruhan peran orangtua terhadap pergeseran nilai-nilai akhlak mahasiswa, pelajar SMA, dan pelajar SMP di Kota Jambi terbukti berada pada tahap sedang (medium).

b)   Pergeseran Akhlak Peserta didik Secara Keseluruhan di Kota Jambi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan telah terjadi pergeseran akhlak peserta didik di Kota Jambi. Secara statistik (descriptive statistics) dapat dijelaskan adalah berada pada tahap medium (mean=2.74) yang dapat dijelaskan dalam tabel 3 berikut:

Tabel 3. Pergeseran Akhlak Peserta didik
secara Keseluruhan di Kota Jambi
Akhlak Peserta Didik
Pergeseran Akhlak
(Mahasiswa, Pelajar SMA, dan Pelajar SMP)
Mean
SD
Interpretasi
Akhlak Peserta Didik (Mahasiswa)
2.86
0.28
Medium
Akhlak Peserta Didik (Pelajar SMA)
2.67
0.27
Medium
Akhlak Peserta Didik (Pelajar SMP)
2.71
0.33
Medium
Total
2.74
0.29
Medium
SD = Standard deviation

Dari hasil penelitian sebagaimana dalam tabel 3 tersebut menunjukkan bahwa pergeseran akhlak bagi peserta didik kategori Mahasiswa Perguruan Tinggi, Sekolah Menegah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Jambi masih berada pada tahap sedang (mean = 2.74). didasarkan pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di Kota Jambi telah terjadi pergeseran nilai-nilai akhlak yang dianut/dilaksanakan oleh peserta didik, baik di kalangan mahasiswa, pelajar SMA, maupun pelajar SMP. Karena itu, menurut teori yang dikembangkan oleh Az-Zarnuji, dapat dipahami bahwa telah terjadi pergeseran nilai-nilai akhlak seperti ketidakpatuhan beribadah kepada Allah disebabkan munculnya rasa congkak diri peserta didik tersebut. Selain itu berkurangnya rasa murah hati, berkurangnya kemampuan menjaga diri dalam bentuk perkataan dan perbuatan, serta munculnya israf (berlebih-lebihan) pada peserta didik.

d) Pengaruh Peran Orangtua terhadap Pergeseran Nilai-Nilai Akhalak Peserta Didik di Kota Jambi
Pada bagian ini menjelaskan dapatan hasil penelitian berdasarkan analisis korelasi pearson (pearson correlation analysis) tentang peran orangtua dan pengaruhnya terhadap pergeseran nilai-nilai akhlak peserta didik di Kota Jambi. Pengaruh perang orangtua terhadap pergeseran nilai-nilai akhlak peserta didik di Kota Jambi dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel 4. Pengaruh Peran Orangtua terhadap
Pergeseran Akhlak Peserta Didik di Kota Jambi

Peserta Didik
Pengaruh Peran Orangtua
Corelation
Hypothesis (Sig.)
Interpretation (Hypothesis)
Peserta Didik (Mahasiswa)  
0.39
 (0.02)
Diterima/be accepted
Peserta Didik (SMA) 
-0,06
0.74
Diterima/be accepted
Peserta Didik (SMP) 
0,38
0,17
Diterima/be accepted

df = (n-2); n = respondents;
ρ< 0.05 (ά) = hypothesis is rejected
ρ> 0.05 (ά) = hypothesis is accepted

Berdasarkan hasil analisis Correlation Pearson didasarkan pada tabel 4 di atas menunjukkan bahwa pengaruh peran orangtua terhadap pergeseran akhlak peserta didik (mahasiswa)  di Kota Jambi adalah berada pada tahap signifikan dan korelasi menunjukkan arah yang positif (r = 0.39, ρ> 0.05), bagi peserta didik (pelajar SMA)  di Kota Jambi adalah juga berada pada tahap signifikan, meskipun arah korelasi menunjukkan arah yang negatif (r = 0.06, ρ> 0.05), sedangkan peserta didik (pelajar SMP)  di Kota Jambi adalah berada pada tahap signifikan dan korelasi menunjukkan arah yang positif (r = 0.38, ρ> 0.05). Karena itu, dapat disimpulkan bahwa pengaruh peran oranggtua terhadap kemungkinan terjadinya pergeseran akhlak peserta didik di Kota Jambi berada pada tahap signifikan.

E. Diskusi/Pembahasan
Dari temuan seperti tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa peran orangtua saat ini telah memudar, seiring dengan meningkatnya status sosial, serta meningkatnya nilai kebutuhan rumah tangga, sehingga berdampak pada kurangnya perhatian orangtua pada anak. Berdasarkan penelitian ini, membuktikan bahwa telah terjadi pergeseran nilai akhlak bagi peserta didik khususnya bagi mahasiswa, pelajar SMA dan pelajar SMP di Kota Jambi. Padahal, orangtua merupakan pihak pertama yang diharapkan mampu untuk membentengi anak selaku peserta didik untuk memperoleh akhlak yang baik dari rumah. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari tabel 2 tersebut dapat dirumuskan bahwa secara keseluruhan peran orangtua berada pada tahap sedang terhadap pergeseran nilai-nilai akhlak yang terjadi pada mahasiswa, pelajar SMA, dan pelajar SMP di Kota Jambi. 
Dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa secara keseluruhan telah terjadi pergeseran akhlak peserta didik di Kota Jambi. Pergeseran nilai-nilai akhlak ini dimungkinkan karena berkembangnya berbagai kemajuan dan teknologi, sebagai pemicu lahirnya transformasi nilai yang berkembang dan berubah dari sebelumnya. Akibatnya, peserta didik sering dianggap congkak, tidah murah hati, tidak mampu menjaga perbuatan dan perkataan serta israf (berlebihan) dalam berbagai hal. Pergeseran nilai akhlak di kalangan peserta didik ini perlu mendapat perhatian serius dari berbagai pihak mengingat pergeseran yang ada dari sampel yang diteliti telah mencapai tahap sedang.   
Berdasarkan penelitian juga membuktikan bahwa dari hasil analisis korelasi pearson (pearson correlation analysis) tentang peran orangtua dan pengaruhnya terhadap pergeseran nilai-nilai akhlak peserta didik di Kota Jambi menunjukkan kemungkinan terjadinya pergeseran akhlak peserta didik di Kota Jambi berada pada tahap signifikan. Dari temuan ini, dapat dipahami bahwa apabila peran orangtua tidak dapat dilaksanakan dengan baik, maka ada kemungkinan besar akan berdampak secara luas terhadap timbulnya pergeseran nilai-nilai akhlak bagi peserta didik. Karena itu diperlukan kesadarn yang kuat untuk membangun nilai-nilai keteladanan orangtua kepada anak.

F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan, penelitian membuktikan bahwa: 1) peran orangtua belum maksimal dalam membendung pergeseran nilai-nilai akhlak peserta didik di Kota Jambi, hal ini dibuktikan dengan signifikansi peran orang tua masih berada pada tahap yang belum maksimal, 2) telah terjadi pergeseran nilai-nilai akhlak peserta didik pada kategori mahasiswa, pelajar SMA dan Pelajar SMP di Kota Jambi, meskipun pergeseran tersebut masih berada pada kategori sedang, dan 3) pengaruh peran orangtua adalah signifikan terhadap pergeseran akhlak peserta didik khususnya bagi mahasiswa, pelajar SMA dan pelajar SMP di Kota Jambi, meskipun pada pelajar SMA memiliki arah korelasi negatif. Artinya, khusus bagi pelajar SMA di Kota Jambi diduga ada variabel lain yang dapat menyebabkan terjadinya pergeseran nilai-nilai akhlak pada pelajar di SMA ini.  

G. Daftar Bacaan
Abdul Aziz Dhlan, (ed), Mazhab Hanafi dalam Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar baru van Hoeve, 1996.
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2000.
Affandi Mochtar, Kitab Kuning Dan Tradisi Akademik Pesantren, Bekasi: Pustaka Isfahan, 2008.
Djudi, “Konsep Belajar Menurut Az-Zarnuji; Kajian Psikologi-Etik Kitab Ta’lim Al- Muta’allim”, Tesis, Yogyakarta: Fakultas Pasca Sarjana IAIN Sunan Kalijaga, 1990.
Fred M. Kerlinger, Asas Penelitian Behavior, Yogyakarta: Gajah Mada University Pres
Hadi Purwanto dalam https://hady412.wordpress.com/2014/03/22/biografi-az-zarnuji/ diakses pada tanggal 1 Desember 2015.
Hasan Langgulung, Asas Asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al Husna, 1988.
Hj. Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Bogor: Kencana, 2003.
http://biografiulama4.blogspot.co.id/2012/10/biografi-syekh-az-zarnuji-pengarang.html
https://hady412.wordpress.com/2014/03/22/biografi-az-zarnuji/
John W.Creswell dan Vicki L.Plano Clark, Designing and Conducting Mixed Methods Research, India, Sage Publications, 2007, hal.6-8.
Karimah Hamzah, Islam Berbicara Soal Anak, Jakarta: Gema Insani Press, 1996, p.11-77.
Syekh az-Zarnuji, 1995. Terjemah Ta’lim Muta’allim (penterj. Abdul Kadir AlJufri), Surabaya: Mutiara Ilmu.
Tim Redaksi, “Etika santri Menurut Az-Zarnuji Ta’lim Al-Muta’allim Thariq At-Ta’allum”, Kabar Forsipp, Edisi 05, Nopember, 2008.



[1] http://biografiulama4.blogspot.co.id/2012/10/biografi-syekh-az-zarnuji-pengarang.html
[2] Syekh az-Zarnuji,1995.Terjemah Ta’lim Muta’allim (penterj.Abdul Kadir AlJufri), Surabaya:Mutiara Ilmu,hal.7.
[3] Syekh az-Zarnuji, 1995. Terjemah Ta’lim Muta’allim (penterj. Abdul Kadir AlJufri), Surabaya: Mutiara Ilmu, hal. 36-37.
[4] Karimah Hamzah, Islam Berbicara Soal Anak, Jakarta: Gema Insani Press, 1996, p.11-77.
[5] John W.Creswell dan Vicki L.Plano Clark, Designing and Conducting Mixed Methods Research, India, Sage Publications, 2007, hal.6-8.
[6] Fred M. Kerlinger, Asas Penelitian Behavior, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1998, hal. 217.

No comments: